Timur
Tengah memiliki posisi geografis yang sangat penting bagi dunia karena kawasan
ini poros dari jalur duina antara benua eropa, asia, dan afrika. Selain
memiliki posisi geografis yang menarik, keunggulan timur tengah terletak pada
cadangan minyak yang mencapai 70% cadangan minyak dunia.
Tidak jauh berbeda dengan Inggris,
Portugal, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya pada masa kejayaan revolusi
industri, tiga abad silam. Amerika -dengan kemajuan hasil industri dan
teknologinya- sangat membutuhkan bahan-bahan baku dan bahan penopang lainnya.
Semua itu demi melanggengkan kegiatan industri dan ekonomi dalam negerinya.
Untuk
itu, pada tahun 1932-1934, ketika ditemukan sumber minyak di Bahrain, Saudi dan
Kuwait, Amerika mulai mengembangkan sayapnya di kawasan penghasil minyak
tersebut. Amerika kemudian berhasil mendapatkan konsesi untuk ikut memanfaatkan
hasil bumi itu.
Semenjak
saat itu, dan dilanjutkan pada masa presiden Roosevelt, Amerika memulai melakukan
kegiatan intervensinya yang dikemas dalam bentuk politik luar negeri. Semua itu
dilakukan dalam rangkamemperkokoh hegemoninya di kawasan berpenduduk mayoritas
muslim tersebut. Perlu diketahui, Roosevelt berpandangan bahwa kawasan Timur Tengah
adalah kawasan penghasil minyak raksasa di dunia.
Pada
tahun 1944, Roosevelt mengadakan negosiasi bersama duta besar Inggris, untuk
saling menggunakan minyak bumi Timur Tengah. “Minyak kawasan Persia adalah
milik kalian. Kita bagi bersama minyak Irak dan Kuwait. Sedangkan mengenai
Saudi Arabia, maka minyaknya adalah milik kita bersama”, tegas Roosevelt.
Sehingga pada tanggal 8 Agustus 1944, ditandatanganilah perjanjian
Inggris-Amerika, untuk saling memanfaatkan hasil minyak bumi Timur Tengah.
Sewaktu
Uni Soviet masih eksis, Amerika berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperkecil
pengaruh ekspansi Uni Soviet di kawasan Timur Tengah. Amerika menerapkan
politik pengurungan dan penahanan gerak Uni Soviet (political containment).
Pada masa Reagan, Amerika mengumumkan kesediannya mensupport para tenaga perang
sukarelawan (freedom fighter) di seluruh dunia. Dengan menggunakan prinsip ini,
Amerika berhasil memberhentikan ekspansi Uni Soviet secara keseluruhan.
Secara
otomatis, ketika Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an, Amerika mulai mengadakan
perubahan-perubahan dalam sistem politik luar negerinya. Semenjak saat itu
Amerika Serikat semakin leluasa menegaskan hegemoninya di kawasan Timur Tengah.
Terlebih dengan berdirinya negara Israel (1948), sebagai negara pertama yang
mengakui berdirinya Israel, Amerika lebih leluasa mempengaruhi
kebijakan-kebijakan politik beberapa negara di Timur Tengah. Berbagai
intervensi diterapkannya.
Faktor Kepentingan Amerika Serikat dalam Politik Timur Tengah
Kawasan timur tengah merupakan
kawasan yang strategis karena kawasan ini merupakan jalur pertemuan dari tiga
benua Asia, eropa dan afrika. Dalam perkembangan politik luar negerinya Amerika
Serikat sebagai negara adi daya secara terang-terangan telah terlibat dalam
gejolak politik dan keamanan di kawasan timur tengah. KeterlibataAmerika
Serikat dalam politik negara-negara di kawassan Timur Tengah memiliki beberapa
faktor kepentingan diantaranya; faktor ekonomi, faktor politik, keamanan dan
militer.
Kepentingan Politik
Kepentingan politikAmerika Serikat
di kawasan timur tengah tidak lain berlandaskan ideologi yang mereka anut.
Meminjam istilah james baker Amerika Serikat sering membanggakan diri sebagai
Champion of democracy (juara demokrasi) yang tentunya terus menyuarakan liberal
kapitalis dan berusaha membendung ideologi-ideologi yang bersifat sosialis
radikal. Oleh karenannya Amerika Serikat terus berusaha menjaga hubungan baik
dengan negara saudi arabia sebagai negara yang memiliki peranan penuh atas
kebijakan-kebijakan timur tengah. Meskipun uni soviet sebagai ancaman terbesar
Amerika Serikat dikawasan Timur Tengah dan asia telah tumbag dengan berakhirnya
perang dingin namun semangat persahabatan Amerika Serikat terhadap saudi arabia
tidak luntur hal ini menurut Sidik zatmika (2001; 187-188) adalah untuk
menghadapi dan membendung gerakan oleh kelompok-kelompok islam yang disebutnya
sebagai funddamentalis, ekstrimis, atau terorisme islam, hal inilah yang
menjadi alasan utama mengapa Amerika Serikat ikut campur dalam masalah-masalah
di timur tengah seperti masalah antara irak dan iran, serta masalah negara
mesir dan dukungannya terhadap israel.
Sementara menurut Mayor Inf Andy Irawan Ch,
S.Sos, yang merupakan Kasidokin Ditjakstra Strahan Kemhan RI keikut sertaan Amerika Serikat dalam
masalah di Timur Tengah tidak terlepas dari doktrin baru yang muncul paska
perang dingin yaitu perluasan hegemoni yang berlandaskan atas kaeyakinan bahwa
dunia baru akan dikuasai oleh liberalismenya amerika. Pendapat tersebut
beralasan, mengingat campurtangan Amerika Serikat terhadap urusan dalam negeri
atau antar negara bukan hanya di Timur Tengah namun banyak di kawasan lain
misalnya saja di korea dan vietnam yang dibahas dalam diskusi sebelumnya.
Kepentingan Ekonomi
Kebijakan
luar negeri suatu negara tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonomi yang
mendasarinya. Jika melihat masalah yang dihadapi amerika faktor ekonomi sangat
berpengaruh dalam kebijakan luar negerinya di timur tengah, kawasan yang
memiliki lebih dari 70% cadangan minyak dunia. Sementara Amerika Serikat sendiri
hanya memiliki kurang dari 3% dari cadangan minyak dunia atau sekitar 30,4
milyar barel termasuk kawasan alaska dan artic.
Sebagai
konsumen minyak terbesar di dunia, Amerika Serikat sama sekali tidak
menggantungkan pada minyak timur tengah, hal ini di karenakan amerika memiliki
produsen minyak di dua kawasan di atas. Kepentingan Amerika Serikat didasarkan
agar tetap lancarnya suplai minyak di kawasan timur tengah dan dan terjaganya
hak-hak eksplorasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat di kawasan itu.
Selain
dari minyak kepentingan ekonomi Amerika Serikat yang lain adalah penjualan
senjata yang dikenal melalui military industrial complex (MIC). Antara tahun
1970-an sampai 1981 Amerika Serikat merupakan pengekspor senjata terbesar
dunia. Sebagai kawasan yang rawan konflik Timur Tengah menerima suplai yang
cukup banyak terhitung tahun 1974 negara-negara Timur Tengah menyerap 57% dari
total senjata yang diekspor ke seluruh dunia hal ini menyebabkan keuntungan
yang luar biasa bagi Amerika Serikat mencnapai 10% atau mencapai 10 milyar USD.
Keamanan dan Militer
Hingga dewasa kini, ternyata teori
domino dan strategi pembendungan masih diyakini oleh para pengambil kebijakan
luar negeri Amerika Serikat. Mereka masih sangat percaya jika sebuah kawasan
dikuasai oleh musuh maka akan mudah kawasan-kawasan lain ditaklukan oleh musuh
pula. Misalnya saja jika mesir jatuh ketangan militan muslim, maka cepat atau
lambat kawasan afrika utara akan jatuh pula, jika iran jatuh ke tangan saddam
husein maka kawasan semenanjung arab akan jatuh pula dan untuk mengatasi
prediksi domino tersebut diperlukan strategi pembendungan.
AS
memandang Timur Tengah sebagai kawasan penting dan khusus karena kepentingannya
di teluk, samudra india dan afrika banyak ditentukan oleh kekuatan Amerika Serikat
di Timur Tengah. Tujuan Amerika Serikat sangat jelas yaitu memperkokoh
militernya dikawasan Timur Tengah, menekan gerakan-gerakan radikal, dan
memelihara status quo atas saluran minyak dari Timur Tengah, dan terutama
membendung kekuatan persatuan timur tengah dengan mendirikan basis-basis
militer yang sejatinya melanggar
Bentuk-bentuk Campur tangan Amerika Serikat di timur tengah
Bentuk dari campur tangan Amerika
Serikat dalam masalah-masalah di kawasan Timur Tengah cukup kompleks hampir
saja semua masalah internal maupun eksternal negara-negara di kawasan Timur
Tengah didalamnya ada campur tangan Amerika Serikat, misalnya saja masalah pemberontakan
militan di mesir, masalah revolusi iran, perang irak-iran, perang irak-kuwait, masalah
demokratisasi saudi arabia, dan banyak lagi masalah Timur Tengah yang
didalamnya terdapat campur tangan Amerika Serikat. Dalam makalah ini penyusun
mengambil sampel hubungan Amerika Serikat dengan saudi arabia sebagai negara
yang memiliki hegemoni besar di Timur Tengah, keterlibatan Amerika Serikat dalam
perang panjang Teluk, dan garis besar campur tangan Amerika Serikat di negara
lain.
Hubungan Amerika Serikat dan Saudi Arabia
Sejauh yang kita tahu, negara
Amerika Serikat adalah negara yang paling gontol
menyuarakan demokrasi, Amerika Serikat berusaha untuk menyuarakan
ke-demokrasi-annya ke seluruh lapisan dunia bahkan ia tidak segan melawannya
dengan militer, misalnya saja upaya-upaya Amerika Serikat dalam membendung
ideologi komunis, namun kenyataannya mengapa saudi arabia yang notabennya
berbentuk monarkhi absolut dan berkuasa secara otokrasi justru mendapat
perhatian baik dari as?. Untuk mengetahui latar belakang utama politik standard
ganda tersebut, kiraya kita tahu terlebih dahulu hubungan antara saudi arabia
dan Amerika Serikat.
Saudi arabia merupakan negara arab yang paling dekat dengan Amerika Serikat, politik luar
negeri Saudi Arabia didasari oleh tiga prinsip yaitu; pertama, kesamaan bahwa
keduanya anti komunis dan anti radikal-revolusioner; kedua, kesamaan tujuan
terciptanya stabilitas dan keamanan di kawasan teluk; dan yang ketiga,
keinginan terus mengalirnya minyak dari kawasan teluk ke negara-negara industri.
Ketiga kesamaan kepentingan inilah yang melandasi kedua pihak untuk tetap
menjalin hubungan baik secara komplementer, meskipundalam prakteknya Amerika
Serikat lebih berperan sebagai pahlawan keamanan terhadap integritas wilayah
sa.
Hubungan
antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia dimulai dengan ditemukannya minyak
dikawasan timur semenanjung arabia. Pada 29 mei 1933 standard oil company dari
california memperoleh konsesi penambangan minyak selama 60 tahun dan memulai
perkembangan ekonomi Saudi Arabia yang mengalami krisis akibat depresi dunia.
Pengeboran minyak di Saudi Arabia semakin meluas diantaranya di dahram, damman,
abqaiq, dan abu hadriya, dan selanjutnya pemerintah samendirikan penambangan
dengan modal dari amerika dan inggris. Perusahaan-perusahaan asing ini bergerak
tanpa perlindungan Amerika Serikat, karena hingga 1940-an Amerika Serikat tidak
menganggap penting kawasan Amerika Serikat. Baru saat meletusnya pd II hubungan
antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia semakin meningkat. Meskipun pemerintah
Saudi Arabia menetapkan posisi netral namun dalam prakteknya banyak kebijakan
Saudi Arabia yang menguntungkan sekutu seperti perijinan pendirian pangkalan
militer Amerika Serikat dikawasan Saudi Arabia meskipun perundingan ini di
rahasiakan untuk menjaga netralitas Saudi Arabia di mata dunia.
Hubungan
kedua negara semakin ditingkatkan terbukti pada 1942 tim pertanian Amerika
Serikat berusaha meningkatkan produktifitas kawasan oase al-kahrj, di susul dengan pelatihan militer
Saudi Arabia oleh Amerika Serikat dan inggris pada 1943.
Meskipun
hubungan kedua negara tersebut terus meningkat, dan perbedaan pandang ideologi
politik yang berbeda sama sekali tidak mengoyak hubungan mereka,
ketegangan-ketegangan kecil muncul dalam tema zionismee dimana Amerika Serikat berusaha
memasukkan 100 orang yahudi ke kawasan palestin tepatnya pada masa pemerintahan
trouman. Kebijakan tersebut mencundangi pernyataan kedua belah pihak tertanggal
16 agustus 1945 dan piagam resolusi PBB. Riak kecil ini tidak memutus hubungan
kedua pihak, bahkan setelah masalah ini selesai hubungan kedua negara semakin
erat.
Dalam
doktrin carter, dinyatakan bahwa Timur Tengah merupakan kawasan yang penting
bagi Amerika Serikat. Kepentingan Amerika Serikat berkisar pada:
- Mengusahakan agar sumber-sumber alam Timur Tengah tidak jatuh ketangan musuh
- Menjamin tersalurnya sumber-sumber alam penting bagi industri dan militer Amerika Serikat bersama sekutunya
- Menjaga mengalirnya keuntungan investasi dan usaha-usaha as
- Menjaga kredibilitas dengan memenuhi komitmen Amerika Serikat di Timur Tengah
- Meneruskan hak transit dan over flight bagi pesawat dan kapal laut
- Menjaga eksistensi penguasa-penguasa Timur Tengah yang menjadi sekutu Amerika Serikat
- Mempertahankan diri dari ancaman-ancaman kelompok yang membahayakan dominasi Amerika Serikat dan persekutuan barat di Timur Tengah.
Jika
kita melihat bahwa sangat terasa keanehan hubungan antara Ameriksa Srikat
dengan arab saudi, arab saudi yang berhaluan monarki absolut dengan menerapkan
sistem otokrasi bisa didukung oleh Amerika Serikat yang menyuarakan anti
otokrasi dan sebagai Champion of democracy dunia. Dengan putusnya hubungan
antaraAmerika Serikatdan arab saudi akan mempersulit upaya Amerika Serikat dalam
mengontrol politik timur tengah dan akan menurunkan hegemoni Amerika Serikat terhadap
Timur tengah. Oleh karenanya Amerika Serikat terus berupaya menjaga hubungan
baik dengan negara0negara Islam sementara di balik itu juga menjadi bagian dari
musuh negara islam dalam memandang konflik Palestine0Israel.
Campurtangan Amerika Serikat dalam perang teluk
Perang
Teluk I (Irak-Iran, 1980-1988)
Pada mulanya terjadi perselisihan
Iran-Irak. Perselisihan ini timbul setelah berkecamuknya pemberontakan kaum
Syiah di Karbala dan Najev. Akibat perselisihan itu, Irak mencabut kesepakatan
batas kedua negara di Aljazair (1975). Lalu Saddam Husein melakukan invasi
sebagai balasan untuk Iran atas pemberontakan kaum Syi’ah ke wilayah Iran.
Perselisihan
tersebut merupakan peluang empuk bagi Amerika untuk melakukan intervensi.
Dendam kesumat Amerika masih belum sirna, setelah revolusi Iran berhasil dengan
baik. Apalagi Amerika dan negara-negara Eropa lainnya juga merasa khawatir
impor minyak dari Iran terputus, karena perang saudara tersebut.
Selain
itu, usaha memecah belah kekuatan dua negara Islam tersebut juga tidak luput
dari target Amerika. Buktinya, Amerika Serikat menggagalkan usaha PBB untuk
menjatuhkan sangsi kepada rezim Saddam Hussein yang telah melakukan agresi.
Bantuan demi bantuan pun mengalir untuk Irak, dalam hal politik, ekonomi dan
militer. Anehnya, Amerika tidak hanya menyokong Irak untuk melakukan invasinya
terhadap Iran. Tetapi bersamaan dengan itu pula, melalui jalur Israel, Amerika
Serikat memberikan bantuan persenjataan dan militer kepada Iran.
Tidak
hanya itu, bantuan badan intelijen Amerika pun dikirimkan ke Irak, untuk
mempergunakan satelit bayangan Amerika. Semua itu demi membantu Irak
mengalahkan tentara Iran. Amerika Serikat tahu benar waktu itu, bahwa Irak
telah menggunakan senjata kimia terlarang untuk melawan tentara Iran. Amerika
juga memanfaatkan senjata kimia tersebut untuk melawan bangsa Kurdi. Bahkan hal
ini semakin memperbesar dukungan Amerika Serikat terhadap rezim Saddam Husein.
Di sisi lain Iran dituduh telah melakukan pembunuhan sadis.
Pada
tahun 1985-1988, Amerika secara rahasia mengirimkan bantuan persenjataan ke
Iran, berupa 1000 ton peluru anti-tank dan radar.
Pada
tahun 1987, Amerika mengirimkan armada lautnya ke teluk Persia untuk mencegah
Iran dari pemutusan minyak Irak. Selama patroli ini, kapal laut Amerika
menembak jatuh pesawat terbang reguler Iran dan menewaskan 290 penumpangnya. Di
tahun ini juga, Amerika mengirimkan armada lautnya untuk melindungi kapal-kapal
Kuwait, yang dipakai untuk mendukung invasi Irak. Juga untuk melancarkan
beberapa pertempuran bersenjata dengan pertahanan laut Iran dan membom daerah
pesisir negeri Iran.
Ketika
Irak menyerang kapal milik angkatan laut Amerika bulan Mei 1987, yang
menewaskan 37 pelaut, Amerika menerima alasan Irak bahwa kejadian tersebut
hanya semacam kecelakaan meskipun fakta mengatakan sebaliknya.
Perang
Iran-Irak usai 1988. Merasa mendapatkan kemenangan perang dan atas dasar
dukungan-dukungan Amerika terhadap Irak di atas, Saddam Husein semakin besar
hati. Ia berkeinginan untuk menguasai tetangganya, Kuwait. Maka terjadilah
perang Teluk.
Perang Teluk II (Irak Kuwait,1991)
Di
masa perang teluk ini, Amerikalah yang lebih mempunyai peran penting dalam
semua kejadian perang. Intervensi yang dilancarkannya demi menghancurkan kedua
kekuatan di Timur Tengah ini semakin halus dan mendapat tempat di kedua belah
pihak.
Semula,
Saddam Husein merasa bahwa Amerika akan berada di pihaknya. Untuk itu, ia
melaksanakan beberapa hubungan baik dengannya. Namun, harapan Irak hancur
ketika Amerika menganggap bahwa kekuatan Irak saat itu tidak memadai. Amerika
akhirnya dengan licik mengucurkan bantuannya kepada negara-negara Arab lainnya
untuk membantu Kuwait. Terlebih ketika Arab Saudi dan Kuwait meminta
bantuannya, disamping bantuan militer Perancis, Inggris dan beberapa negara
Arab sendiri.
Dalam
kesempatan ini, Amerika, yang dapat mempengaruhi PBB, memanfaatkan konflik yang
terjadi antar dua negara penghasil minyak ini untuk semakin menyatakan
hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Amerika Serikat hendak menguatkan
genggamannya di teluk persia, menyalahkan kebijakan Irak dan menolak
berhubungan diplomatik dengannya. Kemudian menjatuhkan sangsi, dan
mempersiapkan penyerangan militer terhadap Irak secara besar-besaran.
Pada
bulan Januari 1991, Amerika bersama sekutunya meluncurkan operasi gurun badai
(Operation Desert Storm). 42 hari setelah itu, Amerika dan sekutu berencana
mengepung Irak dengan suplay 88000 ton bom. Target pengepungan ini adalah
menghancurkan pusat listrik dan air milik Irak. Di bulan Februari, Amerika dan
sekutu memulai peperangan darat selama 100 jam. Mereka mengirimkan tentara
bersenjata berat ke sebelah selatan Irak. Sehingga menewaskan sekitar 100.000
sampai 200.000 bangsa Irak.
Di
musim semi 1991, kaum syiah dan bangsa Kurdi di utara Irak berdemo melawan
pemerintahan Saddam Husein. Pada mulanya Amerika dan mendukung pemberontakan
ini. Namun kemudian mengkhawatirkan kerusuhan dan ketidakstabilan di kawasan
tersebut. Amerika Serikat akhirnya tidak mau membantu para pemberontak.
Keinginan mereka untuk menguasai persenjataan Irak tidak dikabulkan oleh
Amerika. Di sisi lain Amerika juga membiarkan Irak menyerang mereka.
Ketika
Irak menarik mundur kekuatannya dari Kuwait, Amerika bersama Inggris menuntut
pemberlakuan sangsi terhadap Irak. Irak dianggap telah melakukan
perusakan-perusakan. Walhasil Amerika kemudian memberlakukan zona larangan
terbang bagi Irak di wilayah utara dan selatan Irak. Semenjak perang teluk usai
sampai sekarang, Amerika masih menempatkan
17.000-24.000 tentaranya di teluk persia.
Intervensi
Amerika dan negara-negara Eropa, terasa atau tidak, sangatlah merugikan. Amat
banyak korban harta dan bahkan nyawa yang harus menjadi konsekuensi dari
perang. Banyak alibi Amerika untuk melegalkan intervensinya. Di antaranya
Amerika Serikat hendak mendapatkan minyak dan mencegah terjadinya boikot
kembali yang pernah dilakukan bangsa Arab terhadap negara-negara Eropa tahun
1973. Akan tetapi sebenarnya itu hanyalah satu dari alasan-alasan lainnya.
Bahkan, menurut Francis Boyle, seorang kolumnis Barat dalam makalahnya yang
bertema ‘Kejahatan Perang Internasional: Sebuah Usaha mencari Keadilan’ (27
Februari 2002) di Sekolah Hukum Albania, ia berpendapat bahwa gerakan intervensi
Amerika dalam peperangan di Timur Tengah tidak lain hanyalah salah satu gerakan
divide-and-conquer (farriq tasud) yang dilancarkan untuk memecah belah
kekuatan. Gerakan ini pada akhirnya ditujukan untuk menguasai dan memonopoli
minyak Timur Tengah, serta menyatakan hegemoninya terhadap kawasan tersebut.
Hubungan Amerika Serikat dan negara-negara Timur tengah lain
Upaya amerika dalam mempertahankan
hegemoni atas kawwasan timur tengah terus dipertahankan meskipun dalam prakteknya
acap kali terlihat politik muka dua Amerika Serikat. Untuk menjaga hegemoninya
Amerika Serikat tidak segan-segan memberikan bantuan dalam bidang ekonomi,
teknologi, dan persenjataan secara besar-besaran. Bahkan kebijakan Amerika
Serikat yang berkaitan dengan Timur Tengah banyak di nilai sebagai arah
provokasi.
Lewat
doktrinnya Eisenhower (5 Januari 1957), amerika mencoba masuk dan mulai
mencampuri urusan-urusan negara Timur Tengah. Doktrin yang diterapkan untuk
membendung masuknya komunis ini di anggap oleh sebagian negara teluk sebagai
campur tangan Amerika Serikat dalam kebijakan dalam negeri negara teluk. Memang
benar, Amerika Serikat pada masa itu lahir sebagai penjual senjata terbesar di
tengah-tengah konflik Timur Tengah. Tidak mengherankan jika Amerika Serikat justru
kembali menyerang siapa saja yang di anggap musuh meskipun hubungn bik
sebelumnya telah terjalin.
Dalam
memandang masalah-massalah di kawasan Timur Tengah Amerika Serikat mencoba
menempatkan diri sebagai pahlawan, dalam kasus pertikaian antara mesir dan
dunia arab, kedekatan Amerika Serikat dan Saudi Arabia turut berperan dalam
kebijakan-kebijakan yang di ambil negara Saudi Arabia. Bahkan Amerika Serikat di nilai bertindak
berlebihan dalam memandang masalah iran dan irak dimana Amerika Serikat mendiskreditkan
bahwa ia yang berhak menentukan kemana arah kedua negara tersebut berkembang.
Kaitannya
dengan revolusi islam di iran, Prinsip politik luar
negeri Iran pada era awal revolusi adalah La Syarqiyyah, La Gharbiyyah (tidak
timur, tidak barat). Akibat penerapan prinsip tersebut, Iran diisolasi oleh
”dunia internasional” atas propaganda Amerika Serikat. Hanya Suriah dan Libya
yang sejalan dengan Iran dalam perjuangan menentang Amerika Serikat. Pada
massa konflik timur tengah yang membagi Timur Tengah ke dalam dua poros ini
amerika bertindak sebagai teman dari irak dan negara-negara islam Timur Tengah
lain yang anti radikalisme. Tercatat Iran telah mempermalukan Amerika Serikat
dengan aksi penyanderaan 52 staf kedutaan besar Amerika Serikat di Teheran oleh
sejumlah mahasiswa revolusioner pada November 1979.
Revolusi islam ini bermaksud ingin menghapuskan
intervensi-intervensi barat di timur tengah. Namun hingga dewasa ini peran
Amerika Serikat yang dominan dalam PBB baik langsung maupun tidak tetap
berpengaruh dalam politik-politik luar negeri timur tengah.
Usainya perang dingin, merubah pola
percaturan politik dunia, hegemoni atas kawasan tertentu menjadi prestise mahal
bagi negara-negara barat, oleh karenanya intervensi-intervensi barat sebagai
negara-negara besar paska perang dingin mulai dilancarkan baik tersirat maupun
tersurat. Amerika serikat sebagai negara besar yang menjadi poros teknologi
militer dunia mulai masuk dan mengikutsertakan dirinya dalam masalah-masalah di
timur tengah.
Kepentingan
amerika serikat tersebut paling utama dilandaskan pada faktor ekonomi, di mana
kawasan timur tengah merupakan kawasan dengan 70% cadangan minyak dunia. Melalui
politik dominonya amerika mulai memecah belah negara-negara timur tengah,
lebih-lebih kuasanya atas PBB semakin memperlancar persebaran hegemoni Amerika
Serikat di kawasan ini.
Sampai
saat ini kebijakan-kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah sangat Dominan,
dengan mengatas-namakan Polisi Dunia Amerika Serikat terus menganggap bahwa
radikalisme kecil di timur Tengah adalah ancaman besar dunia.
Kiranya
kita bisa mengambil refleksi dari bahasan di atas bahwa berakhirnya perang
dingin bukan berarti mengakhiri kekejaman Perang di dunia, karena sepertinya
perang adalah sarapan pagi dunia dalam mencari siapa yang kuat, dia yang
berkuasa.
Syambodo, Rifan. 2010. perang teluk. Tersedia dalam http://warofweekly.blogspot.com/2010/09/perang-teluk.html
[20 April 2011]
Harsono,
Adi. 2002.perang teluk babak II: untuk siappa?. Tersedia dalam http://www.indosnet.com/files/perangteluk.pdf [20 April 2011]
Sudibjo,
Wisnu. 2008. Pangkalan Militer Amerika di Timur Tengah Bukti Nyata
Pengkhianatan Para Penguasa Arab. Tersedia dalam http://wisnusudibjo.wordpress.com/2008/06/21/pangkalan-militer-amerika-di-timur-tengah-bukti-nyata-pengkhianatan-para-penguasa-arab/ [20 April 2011]
Ja’far, Marwan. 2011. Diplomasi Minyak Timur Tengah.
Tersedia dalam http://economy.okezone.com/read/2011/04/28/
[20
April 2011]
http://zakariaelbilad.multiply.com/journal/item/26/IRAK_vs_AS_DALAM_KRISIS_TELUK_II
Cecep Zakarias El Bilad[20 April 2011]
Kalsum,
Umi. 2010. Wikileaks Bocorkan 400.000 Data Perang Irak http://www.vivanews.com/streaming/tvone [20 April 2011]
Anonim.
2010. Keterlibatan AS di Timur Tengah Semata-mata Untuk Minyak.
diakses dalam http://tempatbagibagi.blogspot.com/ [20 April 2011]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika tulisan ini kurang lengkap, lengkapilah. Jika salah, benarkanlah. Setitik komentar anda, adalah cermin bagi penulis untuk berusaha lebih baik