Minggu, 25 Maret 2012

25 Metode Mengajar

Semangat Pagi,.....
kali ini aq akan share file yang berisi 25 metode mengajar, semoga bacaan ini memberi manfaat terrutama bagi para calon guru..... jujur aj aq nggak tau q dpt file ini dari mana entah itu scr**.com, do**st*ck.com atau apalah yg jelas bacaan ini sempat membantu saya saat KK-PPL. chekidot...

Rahasia berwudhu


Sepintas lalu berwudhu terlihat sederhana, membasuh anggota tubuh tertentu, dan kemudian selesai. Tidak! Berwuhu tak sekedar menyiramkan air suci pada anggota tubuh saja, tetapi juga baik buat kesehatan. Berwudhu secara sempurna efektif mencegah timbulnya pengapuran pada urat saraf. Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madya Wratsungko & Sagiran menjelaskan bahwa telapak tangan luar yang mengarah ke setiap ujung jari, terdapat ujung syaraf yang keras seperti kawat baja dan halus sebesar rambut yang berfungsi untuk membuang kelebihan listrik negatif dari setiap organ tubuh kita.

Kalau ujung syaraf ini tersalut oleh pengapuran, dia akan menyebabkan endapan listrik yang makin lama makin tinggi. Selanjutnya mengacaukan sensorik dan motorik bahkan menyebabkan sel otak mendidih, bisa-bisa seperti CPU yang terbakar karena kabel listriknya korslet. Pada tubuh, hal ini akan mengakibatkan daya tahan tubuh menjadi lemah dan berpotensi menimbulkan kemungkinan munculnya berbagai penyakit.

Makanya, dalam literatur fiqih, berwudhu memakai istlah membasuh (ghasal), bukan mengusap (masah). Disunnahkan pula ketika berwudhu untuk menggosok sela-sela diantara jari-jari. Inilah salah satu rahasianya. 

TEORI KONTRAK SOSIAL




Teori kontrak sosial berkembang dan dipengaruhi oleh pemikiran Jaman Pencerahan (Enlightenment) yang ditandai dengan rasionalisme, realisme, dan humanisme, yang menempatkan manusia sebagai pusat gerak dunia. Pemikiran bahwa manusia adalah sumber kewenangan secara jelas menunjukkan kepercayaan terhadap manusia untuk mengelola dan mengatasi kehidupan politik dan bernegara. Dalam perspektif kesejarahan, Jaman Pencerahan ini adalah koreksi atau reaksi atas jaman sebelumnya, yaitu Jaman Pertengahan. Walau pun begitu, pemikiran-pemikiran yang muncul di Jaman Pencerahan tidaklah semuanya baru. Seperti telah disinggung di atas, teori kontrak sosial yang berkembang pada Jaman Pencerahan ternyata secara samar-samar telah diisyaratkan oleh pemikir-pemikir jaman-jaman sebelumnya seperti Kongfucu dan Aquinas. Yang jelas adalah bahwa pada Jaman Pencerahan ini unsur-unsur pemikiran liberal kemanusiaan dijadikan dasar utama alur pemikiran.
Idea atau gagasan tentang kontrak sosial (social contract) telah dikemukakan oleh Plato, seorang filsuf Yunani (Greek) lebih 2500 tahun yang lalu dalam tulisannya Republic. Ramai selanjutnya para pemikir besar bidang politik dan hukum yang terkemudian, menerangkan dan mengembangkan lebih lanjut konsep kontrak sosial ini, diantaranya adalah Hugo Grotius, Imanuel Kant, John Locke, Jean Jaques Rousseau dan Thomas Hobbes.
Ahli-ahli filsafat itu umumnya cenderung bersetuju tentang perlunya kontrak sosial atau ikatan perjanjian antara eksekutif pemegang otoritas (pemimpin, wakil) dengan rakyat (konstituen, para pemilih). Ide dasar kontrak sosial itu dibangun berdasarkan tesis atau premis utama bahwa kekuasaan utama berdirinya suatu negara terletak pada rakyat banyak (popular sovreignity) dan mandat rakyat tersebut dapat ditinjau ulang, dibatalkan atau akan ada tindakan tertentu bila salah satu pihak melakukan ‘pelanggaran kesepakatan’.

Hobbes (1588-1679)
Hobbes menyatakan bahwa secara kodrati manusia itu sama satu dengan lainnya. Masing-masing mempunyai hasrat atau nafsu (appetite) dan keengganan (aversions), yang menggerakkan tindakan mereka. Appetites manusia adalah hasrat atau nafsu akan kekuasaan, akan kekayaan, akan pengetahuan, dan akan kehormatan. Sedangkan aversions manusia adalah keengganan untuk hidup sengsara dan mati. Hobbes menegaskan pula bahwa hasrat manusia itu tidaklah terbatas. Untuk memenuhi hasrat atau nafsu yang tidak terbatas itu, manusia mempunyai power. Oleh karena setiap manusia berusaha untuk memenuhi hasrat dan keengganannya, dengan menggunakan power-nya masing-masing, maka yang terjadi adalah benturan power antarsesama manusia, yang meningkatkan keengganan untuk mati. Mengenai semua hal di atas, Hobbes menulis sebagai berikut:
“So that in the first place, I put for a generall inclination of all mankind, a perpetuall and restlesse desire of Power after power, that ceaseth in Death. And the cause of this, is not intensive delight, than he has already attained to; or that he cannot with a moderate power: but because he cannot assure the power and means to live well, which he hath present, without the acquisition of more.” [Thomas Hobbes, Leviathan, Harmandsworth, Middlesex: Penguin Books Ltd., 1651, cetak ulang tahun 1983, h. 161.]
Dengan demikian Hobbes menyatakan bahwa dalam kondisi alamiah, terdapat perjuangan untuk power dari manusia atas manusia yang lain. Dalam kondisi alamiah seperti itu manusia menjadi tidak aman dan ancaman kematian menjadi semakin mencekam.
Karena kondisi alamiah tidak aman, maka dengan akalnya manusia berusaha menghindari kondisi perang-satu-dengan-lainnya itu dengan menciptakan kondisi artifisial (buatan). Dengan penciptaan ini manusia tidak lagi dalam kondisi alamiah, tetapi sudah memasuki kondisi sipil. Caranya adalah masing-masing anggota masyarakat mengadakan kesepakatan di antara mereka untuk melepaskan hak-hak mereka dan menstransfer hak-hak itu kepada beberapa orang atau lembaga yang akan menjaga kesepakatan itu agar terlaksana dengan sempurna. Untuk itu orang atau lembaga itu harus diberi hak sepenuhnya untuk menggunakan semua kekuatan dari masyarakat.
Beberapa orang atau lembaga itulah yang memegang kedaulatan penuh. Tugasnya adalah menciptakan dan menjaga keselamatan rakyat (the safety of the people) [Hobbes: hal. 376]. Masyarakat sebagai pihak yang menyerahkan hak-hak mereka, tidak mempunyai hak lagi untuk menarik kembali atau menuntut atau mempertanyakan kedaulatan penguasa, karena pada prinsipnya penyerahan total kewenangan itu adalah pilihan paling masuk akal dari upaya mereka untuk lepas dari kondisi perang-satu-dengan-lainnya yang mengancam hidup mereka. Di lain pihak, pemegang kedaulatan mempunyai seluruh hak untuk memerintah dan menjaga keselamatan yang diperintah itu. Pemegang kedaulatan tidak bisa digugat, karena pemegang kedaulatan itu tidak terikat kontrak dengan masyarakat. Jelasnya, yang mengadakan kontrak adalah masyarakat sendiri, sehingga istilahnya adalah kontrak sosial, bukan kontrak antara pemerintah dengan yang diperintah.

Locke (1632-1704)
Locke memulai dengan menyatakan kodrat manusia adalah sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi berbeda dari Hobbes, Locke menyatakan bahwa ciri-ciri manusia tidaklah ingin memenuhi hasrat dengan power tanpa mengindahkan manusia lainnya. Menurut Locke, manusia di dalam dirinya mempunyai akal yang mengajar prinsip bahwa karena menjadi sama dan independen manusia tidak perlu melanggar dan merusak kehidupan manusia lainnya. Oleh karena itu, kondisi alamiah menurut Locke sangat berbeda dari kondisi alamiah menurut Hobbes. Menurut Locke, dalam kondisi alamiah sudah terdapat pola-pola pengaturan dan hukum alamiah yang teratur karena manusia mempunyai akal yang dapat menentukan apa yang benar apa yang salah dalam pergaulan antara sesama.
Masalah ketidaktentraman dan ketidakamanan kemudian muncul, menurut Locke, karena beberapa hal. Pertama, apabila semua orang dipandu oleh akal murninya, maka tidak akan terjadi masalah. Akan tetapi, yang terjadi, beberapa orang dipandu oleh akal yang telah dibiarkan (terbias) oleh dorongan-dorongan kepentingan pribadi, sehingga pola-pola pengaturan dan hukum alamiah menjadi kacau. Kedua, pihak yang dirugikan tidak selalu dapat memberi sanksi kepada pelanggar aturan dan hukum yang ada, karena pihak yang dirugikan itu tidak mempunyai kekuatan cukup untuk memaksakan sanksi.
Oleh karena kondisi alamiah, karena ulah beberapa orang yang biasanya punya power, tidaklah menjamin keamanan penuh, maka seperti halnya Hobbes, Locke juga menjelaskan tentang upaya untuk lepas dari kondisi yang tidak aman penuh menuju kondisi aman secara penuh. Manusia menciptakan kondisi artifisial (buatan) dengan cara mengadakan kontrak sosial. Masing-masing anggota masyarakat tidak menyerahkan sepenuhnya semua hak-haknya, akan tetapi hanya sebagian saja. Antara pihak (calon) pemegang pemerintahan dan masyarakat tidak hanya hubungan kontraktual, akan tetapi juga hubungan saling kepercayaan (fiduciary trust). [John Locke, “An Essay Concerning the True Original, Extent and End of Civil Government,” dalam Social Contract, London: Oxford University Press, 1960, h. 84.]
Locke menegaskan bahwa ada tiga pihak dalam hubungan saling percaya itu, yaitu yang menciptakan kepercayaan itu (the trustor), yang diberi kepercayaan (the trustee), dan yang menarik manfaat dari pemberian kepercayaan itu (the beneficiary). Antara trustor dan trustee terjadi kontrak yang menyebutkan bahwa trustee harus patuh pada beneficiary, sedangkan antara trustee dan beneficiary tidak terjadi kontrak samasekali. Trustee hanya menerima obligasi dari beneficiary secara sepihak.
Dari pemahaman tentang hubungan saling percaya dan kontraktual itu tampak bahwa pemegang pemerintahan atau yang diberi kepercayaan mempunyai hak-hak dan kewenangan yang sangat terbatas, karena menurut Locke masyarakatlah yang dapat bertindak sebagai trustor sekaligus beneficiary.
Dari uraian Locke, tampak nyata bahwa sumber kewenangan dan pemegang kewenangan dalam teori Locke tetaplah masyarakat. Oleh karena itu kewajiban dan kepatuhan politik masyarakat kepada pemerintah hanya berlangsung selama pemerintah masih dipercaya. Apabila hubungan kepercayaan (fiduciary trust) putus, pemerintah tidak mempunyai dasar untuk memaksakan kewenangannya, karena hubungan kepercayaan maupun kontraktual sifatnya adalah sepihak. Kesimpulan demikian ini tentu amat bertolak belakang dari kesimpulan yang dihasilkan oleh Hobbes.

Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
Perspektif filsafat Jean Jacques Rousseau (1712-1778)  berpandangan bahwa manusia pada dasarnya adalah tidak baik dan tidak juga buruk, bukan egois dan bukan altruis. Manusia hidup dengan polos dan mencintai diri secara spontan. Kepolosan manusia itu terkoyak akibat pergumulannya di tengah masyarakat yang egoistis. Karena rebutan sebidang tanah, misalnya, manusia dengan mudah menumpahkan darah, saling berperang, dan membunuh satu sama lain.  Agar kepemilikan manusia terjamin kepastiannya, dibatasi untuk tidak menjadi tak terbatas, bisa menghargai hak-hak satu sama lain, dan bisa hidup berdampingan secara damai, maka Rousseau  menggagas perlunya kontrak sosial yang menjadi aturan main bersama agar tidak ada pihak yang dirugikan. Sayangnya, kontrak itu tidak begitu jelas, apakah hanya semacam niat baik atau kontrak yang harus tertulis. ‘hitam di atas putih’, berisi hak dan kewajiban serta konsekuensinya secara rinci atau tidak?
JJ Rousseau ketika berbicara tentang kontrak sosial (social contract), tampak mengkaitkan kondisi perlunya keikutsertaaan rakyat untuk ikut menentukan nasib dan masa depan mereka sendiri dengan para calon pemimpin dan wakilnya yang akan duduk diberbagai posisi politik. Adanya Kontrak sosial, secara kontekstual, telah melahirkan sentimen moral publik, untuk boleh menentang setiap bentuk monopoli kebenaran dan kesewenang-wenangan terhadap masyarakat atas nama kekuasaan. “…Raja Adil Raja Disembah; Raja Zalim, Raja Disanggah…”. Kesadaran tentang otoritas warga negara tersebut, dengan sendirinya melahirkan keniscayan dan telah memicu spirit kekritisan rakyat pemilih, terhadap kesewenang-wenangan kekuasaan politik. Dalam prakteknya, telah melahirkan revolusi sosial/revolusi politik di Perancis (1789), dengan ciri ditegakkannya keadaaan umum atas dasar  hubungan ‘kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan’.
Filsafat politik  Roousseau, menurut  Sabine, cenderung mengagungkan soal perasaan moral dibandingkan cuma soal akal atau rasio. Roousseau beranggapan bahwa kebajikan-kebajikan moral, ada terdapat pada rakyat biasa, dalam bentuk yang murni yang ber-praxis diantara mereka, antara harapan dan kenyataan. Rakyat biasalah yang merupakan umat manusia, sumber kekuasaan dan legitimasi para wakil dan pemimpin.  Apa yang tidak bersifat kerakyatan, kepentingan elit tertentu, sebaiknya tidak perlu diperhitungkan dan bila perlu layak dipertanyakan kepatutannya. Semua manusia adalah sama dalam semua barisan dan lapisan. Barisan atau lapisan terbesarlah yang cukup patut untuk mendapat kehormatan tertinggi untuk diperhatikan, mendahului yang tersedikit.
Gagasan ini memang sudah mendapat kritik dan koreksi dari banyak pihak. Soal dampak buruk tyrani mayoritas, misalnya, dikoreksi dengan penegakan hukum dan demokrasi prosedural. Memang, faktanya belum tentu pihak yang terbanyak, itu yang terbaik dan terbenar jalannya. Walaupun begitu ada yang setuju bahwa suara rakyat terbanyak adalah suara Tuhan, yang telah mengalami proses uji coba dan perbaikan diantara orang banyak itu sendiri.
Filsafat sosial yang dikembangkan Roousseau antara lain adalah individualisme sistematis, yang diadopsi dari pemikiran John Locke yaitu adanya nilai bahwa setiap kelompok sosial terdiri atas upaya pencapaian kebahagian atau kepuasan diri  dan adanya perlindungan otoritas untuk mempunyai dan menikmati hak milik setiap warga negara. Pada hakekatnya manusia tergerak untuk bekerja sama disebabkan kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing, yang perlu dihimpun sebagai kehendak umum bersama.

Keterlibatan Amerika Serikat di Timur Tengah

            Timur Tengah memiliki posisi geografis yang sangat penting bagi dunia karena kawasan ini poros dari jalur duina antara benua eropa, asia, dan afrika. Selain memiliki posisi geografis yang menarik, keunggulan timur tengah terletak pada cadangan minyak yang mencapai 70% cadangan minyak dunia.
            Tidak jauh berbeda dengan Inggris, Portugal, Spanyol dan negara-negara Eropa lainnya pada masa kejayaan revolusi industri, tiga abad silam. Amerika -dengan kemajuan hasil industri dan teknologinya- sangat membutuhkan bahan-bahan baku dan bahan penopang lainnya. Semua itu demi melanggengkan kegiatan industri dan ekonomi dalam negerinya.
Untuk itu, pada tahun 1932-1934, ketika ditemukan sumber minyak di Bahrain, Saudi dan Kuwait, Amerika mulai mengembangkan sayapnya di kawasan penghasil minyak tersebut. Amerika kemudian berhasil mendapatkan konsesi untuk ikut memanfaatkan hasil bumi itu.
Semenjak saat itu, dan dilanjutkan pada masa presiden Roosevelt, Amerika memulai melakukan kegiatan intervensinya yang dikemas dalam bentuk politik luar negeri. Semua itu dilakukan dalam rangkamemperkokoh hegemoninya di kawasan berpenduduk mayoritas muslim tersebut. Perlu diketahui, Roosevelt berpandangan bahwa kawasan Timur Tengah adalah kawasan penghasil minyak raksasa di dunia.
Pada tahun 1944, Roosevelt mengadakan negosiasi bersama duta besar Inggris, untuk saling menggunakan minyak bumi Timur Tengah. “Minyak kawasan Persia adalah milik kalian. Kita bagi bersama minyak Irak dan Kuwait. Sedangkan mengenai Saudi Arabia, maka minyaknya adalah milik kita bersama”, tegas Roosevelt. Sehingga pada tanggal 8 Agustus 1944, ditandatanganilah perjanjian Inggris-Amerika, untuk saling memanfaatkan hasil minyak bumi Timur Tengah.
Sewaktu Uni Soviet masih eksis, Amerika berusaha dengan sekuat tenaga untuk memperkecil pengaruh ekspansi Uni Soviet di kawasan Timur Tengah. Amerika menerapkan politik pengurungan dan penahanan gerak Uni Soviet (political containment). Pada masa Reagan, Amerika mengumumkan kesediannya mensupport para tenaga perang sukarelawan (freedom fighter) di seluruh dunia. Dengan menggunakan prinsip ini, Amerika berhasil memberhentikan ekspansi Uni Soviet secara keseluruhan.
Secara otomatis, ketika Uni Soviet runtuh pada awal 1990-an, Amerika mulai mengadakan perubahan-perubahan dalam sistem politik luar negerinya. Semenjak saat itu Amerika Serikat semakin leluasa menegaskan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Terlebih dengan berdirinya negara Israel (1948), sebagai negara pertama yang mengakui berdirinya Israel, Amerika lebih leluasa mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik beberapa negara di Timur Tengah. Berbagai intervensi diterapkannya.

Faktor Kepentingan Amerika Serikat dalam Politik Timur Tengah

            Kawasan timur tengah merupakan kawasan yang strategis karena kawasan ini merupakan jalur pertemuan dari tiga benua Asia, eropa dan afrika. Dalam perkembangan politik luar negerinya Amerika Serikat sebagai negara adi daya secara terang-terangan telah terlibat dalam gejolak politik dan keamanan di kawasan timur tengah. KeterlibataAmerika Serikat dalam politik negara-negara di kawassan Timur Tengah memiliki beberapa faktor kepentingan diantaranya; faktor ekonomi, faktor politik, keamanan dan militer.

Kepentingan Politik

            Kepentingan politikAmerika Serikat di kawasan timur tengah tidak lain berlandaskan ideologi yang mereka anut. Meminjam istilah james baker Amerika Serikat sering membanggakan diri sebagai Champion of democracy (juara demokrasi) yang tentunya terus menyuarakan liberal kapitalis dan berusaha membendung ideologi-ideologi yang bersifat sosialis radikal. Oleh karenannya Amerika Serikat terus berusaha menjaga hubungan baik dengan negara saudi arabia sebagai negara yang memiliki peranan penuh atas kebijakan-kebijakan timur tengah. Meskipun uni soviet sebagai ancaman terbesar Amerika Serikat dikawasan Timur Tengah dan asia telah tumbag dengan berakhirnya perang dingin namun semangat persahabatan Amerika Serikat terhadap saudi arabia tidak luntur hal ini menurut Sidik zatmika (2001; 187-188) adalah untuk menghadapi dan membendung gerakan oleh kelompok-kelompok islam yang disebutnya sebagai funddamentalis, ekstrimis, atau terorisme islam, hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa Amerika Serikat ikut campur dalam masalah-masalah di timur tengah seperti masalah antara irak dan iran, serta masalah negara mesir dan dukungannya terhadap israel.
            Sementara menurut  Mayor Inf Andy Irawan Ch, S.Sos, yang merupakan Kasidokin Ditjakstra Strahan Kemhan RI keikut sertaan Amerika Serikat dalam masalah di Timur Tengah tidak terlepas dari doktrin baru yang muncul paska perang dingin yaitu perluasan hegemoni yang berlandaskan atas kaeyakinan bahwa dunia baru akan dikuasai oleh liberalismenya amerika. Pendapat tersebut beralasan, mengingat campurtangan Amerika Serikat terhadap urusan dalam negeri atau antar negara bukan hanya di Timur Tengah namun banyak di kawasan lain misalnya saja di korea dan vietnam yang dibahas dalam diskusi sebelumnya.

Kepentingan Ekonomi

Kebijakan luar negeri suatu negara tidak dapat dilepaskan dari aspek ekonomi yang mendasarinya. Jika melihat masalah yang dihadapi amerika faktor ekonomi sangat berpengaruh dalam kebijakan luar negerinya di timur tengah, kawasan yang memiliki lebih dari 70% cadangan minyak dunia. Sementara Amerika Serikat sendiri hanya memiliki kurang dari 3% dari cadangan minyak dunia atau sekitar 30,4 milyar barel termasuk kawasan alaska dan artic.
Sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, Amerika Serikat sama sekali tidak menggantungkan pada minyak timur tengah, hal ini di karenakan amerika memiliki produsen minyak di dua kawasan di atas. Kepentingan Amerika Serikat didasarkan agar tetap lancarnya suplai minyak di kawasan timur tengah dan dan terjaganya hak-hak eksplorasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat di kawasan itu.
Selain dari minyak kepentingan ekonomi Amerika Serikat yang lain adalah penjualan senjata yang dikenal melalui military industrial complex (MIC). Antara tahun 1970-an sampai 1981 Amerika Serikat merupakan pengekspor senjata terbesar dunia. Sebagai kawasan yang rawan konflik Timur Tengah menerima suplai yang cukup banyak terhitung tahun 1974 negara-negara Timur Tengah menyerap 57% dari total senjata yang diekspor ke seluruh dunia hal ini menyebabkan keuntungan yang luar biasa bagi Amerika Serikat mencnapai 10% atau mencapai 10 milyar USD.

Keamanan dan Militer

            Hingga dewasa kini, ternyata teori domino dan strategi pembendungan masih diyakini oleh para pengambil kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Mereka masih sangat percaya jika sebuah kawasan dikuasai oleh musuh maka akan mudah kawasan-kawasan lain ditaklukan oleh musuh pula. Misalnya saja jika mesir jatuh ketangan militan muslim, maka cepat atau lambat kawasan afrika utara akan jatuh pula, jika iran jatuh ke tangan saddam husein maka kawasan semenanjung arab akan jatuh pula dan untuk mengatasi prediksi domino tersebut diperlukan strategi pembendungan.
       AS memandang Timur Tengah sebagai kawasan penting dan khusus karena kepentingannya di teluk, samudra india dan afrika banyak ditentukan oleh kekuatan Amerika Serikat di Timur Tengah. Tujuan Amerika Serikat sangat jelas yaitu memperkokoh militernya dikawasan Timur Tengah, menekan gerakan-gerakan radikal, dan memelihara status quo atas saluran minyak dari Timur Tengah, dan terutama membendung kekuatan persatuan timur tengah dengan mendirikan basis-basis militer yang sejatinya melanggar

Bentuk-bentuk Campur tangan Amerika Serikat di timur tengah

      Bentuk dari campur tangan Amerika Serikat dalam masalah-masalah di kawasan Timur Tengah cukup kompleks hampir saja semua masalah internal maupun eksternal negara-negara di kawasan Timur Tengah didalamnya ada campur tangan Amerika Serikat, misalnya saja masalah pemberontakan militan di mesir, masalah revolusi iran, perang irak-iran, perang irak-kuwait, masalah demokratisasi saudi arabia, dan banyak lagi masalah Timur Tengah yang didalamnya terdapat campur tangan Amerika Serikat. Dalam makalah ini penyusun mengambil sampel hubungan Amerika Serikat dengan saudi arabia sebagai negara yang memiliki hegemoni besar di Timur Tengah, keterlibatan Amerika Serikat dalam perang panjang Teluk, dan garis besar campur tangan Amerika Serikat di negara lain.

Hubungan Amerika Serikat dan Saudi Arabia

        Sejauh yang kita tahu, negara Amerika Serikat adalah negara yang paling gontol menyuarakan demokrasi, Amerika Serikat berusaha untuk menyuarakan ke-demokrasi-annya ke seluruh lapisan dunia bahkan ia tidak segan melawannya dengan militer, misalnya saja upaya-upaya Amerika Serikat dalam membendung ideologi komunis, namun kenyataannya mengapa saudi arabia yang notabennya berbentuk monarkhi absolut dan berkuasa secara otokrasi justru mendapat perhatian baik dari as?. Untuk mengetahui latar belakang utama politik standard ganda tersebut, kiraya kita tahu terlebih dahulu hubungan antara saudi arabia dan Amerika Serikat.
Saudi arabia merupakan negara arab yang paling dekat dengan Amerika Serikat, politik luar negeri Saudi Arabia didasari oleh tiga prinsip yaitu; pertama, kesamaan bahwa keduanya anti komunis dan anti radikal-revolusioner; kedua, kesamaan tujuan terciptanya stabilitas dan keamanan di kawasan teluk; dan yang ketiga, keinginan terus mengalirnya minyak dari kawasan teluk ke negara-negara industri. Ketiga kesamaan kepentingan inilah yang melandasi kedua pihak untuk tetap menjalin hubungan baik secara komplementer, meskipundalam prakteknya Amerika Serikat lebih berperan sebagai pahlawan keamanan terhadap integritas wilayah sa.
Hubungan antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia dimulai dengan ditemukannya minyak dikawasan timur semenanjung arabia. Pada 29 mei 1933 standard oil company dari california memperoleh konsesi penambangan minyak selama 60 tahun dan memulai perkembangan ekonomi Saudi Arabia yang mengalami krisis akibat depresi dunia. Pengeboran minyak di Saudi Arabia semakin meluas diantaranya di dahram, damman, abqaiq, dan abu hadriya, dan selanjutnya pemerintah samendirikan penambangan dengan modal dari amerika dan inggris. Perusahaan-perusahaan asing ini bergerak tanpa perlindungan Amerika Serikat, karena hingga 1940-an Amerika Serikat tidak menganggap penting kawasan Amerika Serikat. Baru saat meletusnya pd II hubungan antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia semakin meningkat. Meskipun pemerintah Saudi Arabia menetapkan posisi netral namun dalam prakteknya banyak kebijakan Saudi Arabia yang menguntungkan sekutu seperti perijinan pendirian pangkalan militer Amerika Serikat dikawasan Saudi Arabia meskipun perundingan ini di rahasiakan untuk menjaga netralitas Saudi Arabia di mata dunia.
Hubungan kedua negara semakin ditingkatkan terbukti pada 1942 tim pertanian Amerika Serikat berusaha meningkatkan produktifitas kawasan oase  al-kahrj, di susul dengan pelatihan militer Saudi Arabia oleh Amerika Serikat dan inggris pada 1943.
Meskipun hubungan kedua negara tersebut terus meningkat, dan perbedaan pandang ideologi politik yang berbeda sama sekali tidak mengoyak hubungan mereka, ketegangan-ketegangan kecil muncul dalam tema zionismee dimana Amerika Serikat berusaha memasukkan 100 orang yahudi ke kawasan palestin tepatnya pada masa pemerintahan trouman. Kebijakan tersebut mencundangi pernyataan kedua belah pihak tertanggal 16 agustus 1945 dan piagam resolusi PBB. Riak kecil ini tidak memutus hubungan kedua pihak, bahkan setelah masalah ini selesai hubungan kedua negara semakin erat.
Dalam doktrin carter, dinyatakan bahwa Timur Tengah merupakan kawasan yang penting bagi Amerika Serikat. Kepentingan Amerika Serikat berkisar pada:
  • Mengusahakan agar sumber-sumber alam Timur Tengah tidak jatuh ketangan musuh

  • Menjamin tersalurnya sumber-sumber alam penting bagi industri dan militer Amerika Serikat bersama sekutunya
  • Menjaga mengalirnya keuntungan investasi dan usaha-usaha as
  • Menjaga kredibilitas dengan memenuhi komitmen Amerika Serikat di Timur Tengah
  • Meneruskan hak transit dan over flight bagi pesawat dan kapal laut
  • Menjaga eksistensi penguasa-penguasa Timur Tengah yang menjadi sekutu Amerika Serikat
  • Mempertahankan diri dari ancaman-ancaman kelompok yang membahayakan dominasi Amerika Serikat dan persekutuan barat di Timur Tengah.

Jika kita melihat bahwa sangat terasa keanehan hubungan antara Ameriksa Srikat dengan arab saudi, arab saudi yang berhaluan monarki absolut dengan menerapkan sistem otokrasi bisa didukung oleh Amerika Serikat yang menyuarakan anti otokrasi dan sebagai Champion of democracy dunia. Dengan putusnya hubungan antaraAmerika Serikatdan arab saudi akan mempersulit upaya Amerika Serikat dalam mengontrol politik timur tengah dan akan menurunkan hegemoni Amerika Serikat terhadap Timur tengah. Oleh karenanya Amerika Serikat terus berupaya menjaga hubungan baik dengan negara0negara Islam sementara di balik itu juga menjadi bagian dari musuh negara islam dalam memandang konflik Palestine0Israel.

Campurtangan Amerika Serikat dalam perang teluk

Perang Teluk I (Irak-Iran, 1980-1988)
            Pada mulanya terjadi perselisihan Iran-Irak. Perselisihan ini timbul setelah berkecamuknya pemberontakan kaum Syiah di Karbala dan Najev. Akibat perselisihan itu, Irak mencabut kesepakatan batas kedua negara di Aljazair (1975). Lalu Saddam Husein melakukan invasi sebagai balasan untuk Iran atas pemberontakan kaum Syi’ah ke wilayah Iran.
Perselisihan tersebut merupakan peluang empuk bagi Amerika untuk melakukan intervensi. Dendam kesumat Amerika masih belum sirna, setelah revolusi Iran berhasil dengan baik. Apalagi Amerika dan negara-negara Eropa lainnya juga merasa khawatir impor minyak dari Iran terputus, karena perang saudara tersebut.
Selain itu, usaha memecah belah kekuatan dua negara Islam tersebut juga tidak luput dari target Amerika. Buktinya, Amerika Serikat menggagalkan usaha PBB untuk menjatuhkan sangsi kepada rezim Saddam Hussein yang telah melakukan agresi. Bantuan demi bantuan pun mengalir untuk Irak, dalam hal politik, ekonomi dan militer. Anehnya, Amerika tidak hanya menyokong Irak untuk melakukan invasinya terhadap Iran. Tetapi bersamaan dengan itu pula, melalui jalur Israel, Amerika Serikat memberikan bantuan persenjataan dan militer kepada Iran.
Tidak hanya itu, bantuan badan intelijen Amerika pun dikirimkan ke Irak, untuk mempergunakan satelit bayangan Amerika. Semua itu demi membantu Irak mengalahkan tentara Iran. Amerika Serikat tahu benar waktu itu, bahwa Irak telah menggunakan senjata kimia terlarang untuk melawan tentara Iran. Amerika juga memanfaatkan senjata kimia tersebut untuk melawan bangsa Kurdi. Bahkan hal ini semakin memperbesar dukungan Amerika Serikat terhadap rezim Saddam Husein. Di sisi lain Iran dituduh telah melakukan pembunuhan sadis.
Pada tahun 1985-1988, Amerika secara rahasia mengirimkan bantuan persenjataan ke Iran, berupa 1000 ton peluru anti-tank dan radar.
Pada tahun 1987, Amerika mengirimkan armada lautnya ke teluk Persia untuk mencegah Iran dari pemutusan minyak Irak. Selama patroli ini, kapal laut Amerika menembak jatuh pesawat terbang reguler Iran dan menewaskan 290 penumpangnya. Di tahun ini juga, Amerika mengirimkan armada lautnya untuk melindungi kapal-kapal Kuwait, yang dipakai untuk mendukung invasi Irak. Juga untuk melancarkan beberapa pertempuran bersenjata dengan pertahanan laut Iran dan membom daerah pesisir negeri Iran.
Ketika Irak menyerang kapal milik angkatan laut Amerika bulan Mei 1987, yang menewaskan 37 pelaut, Amerika menerima alasan Irak bahwa kejadian tersebut hanya semacam kecelakaan meskipun fakta mengatakan sebaliknya.
Perang Iran-Irak usai 1988. Merasa mendapatkan kemenangan perang dan atas dasar dukungan-dukungan Amerika terhadap Irak di atas, Saddam Husein semakin besar hati. Ia berkeinginan untuk menguasai tetangganya, Kuwait. Maka terjadilah perang Teluk.
Perang Teluk II (Irak Kuwait,1991)
Di masa perang teluk ini, Amerikalah yang lebih mempunyai peran penting dalam semua kejadian perang. Intervensi yang dilancarkannya demi menghancurkan kedua kekuatan di Timur Tengah ini semakin halus dan mendapat tempat di kedua belah pihak.
Semula, Saddam Husein merasa bahwa Amerika akan berada di pihaknya. Untuk itu, ia melaksanakan beberapa hubungan baik dengannya. Namun, harapan Irak hancur ketika Amerika menganggap bahwa kekuatan Irak saat itu tidak memadai. Amerika akhirnya dengan licik mengucurkan bantuannya kepada negara-negara Arab lainnya untuk membantu Kuwait. Terlebih ketika Arab Saudi dan Kuwait meminta bantuannya, disamping bantuan militer Perancis, Inggris dan beberapa negara Arab sendiri.
Dalam kesempatan ini, Amerika, yang dapat mempengaruhi PBB, memanfaatkan konflik yang terjadi antar dua negara penghasil minyak ini untuk semakin menyatakan hegemoninya di kawasan Timur Tengah. Amerika Serikat hendak menguatkan genggamannya di teluk persia, menyalahkan kebijakan Irak dan menolak berhubungan diplomatik dengannya. Kemudian menjatuhkan sangsi, dan mempersiapkan penyerangan militer terhadap Irak secara besar-besaran.
Pada bulan Januari 1991, Amerika bersama sekutunya meluncurkan operasi gurun badai (Operation Desert Storm). 42 hari setelah itu, Amerika dan sekutu berencana mengepung Irak dengan suplay 88000 ton bom. Target pengepungan ini adalah menghancurkan pusat listrik dan air milik Irak. Di bulan Februari, Amerika dan sekutu memulai peperangan darat selama 100 jam. Mereka mengirimkan tentara bersenjata berat ke sebelah selatan Irak. Sehingga menewaskan sekitar 100.000 sampai 200.000 bangsa Irak.
Di musim semi 1991, kaum syiah dan bangsa Kurdi di utara Irak berdemo melawan pemerintahan Saddam Husein. Pada mulanya Amerika dan mendukung pemberontakan ini. Namun kemudian mengkhawatirkan kerusuhan dan ketidakstabilan di kawasan tersebut. Amerika Serikat akhirnya tidak mau membantu para pemberontak. Keinginan mereka untuk menguasai persenjataan Irak tidak dikabulkan oleh Amerika. Di sisi lain Amerika juga membiarkan Irak menyerang mereka.
Ketika Irak menarik mundur kekuatannya dari Kuwait, Amerika bersama Inggris menuntut pemberlakuan sangsi terhadap Irak. Irak dianggap telah melakukan perusakan-perusakan. Walhasil Amerika kemudian memberlakukan zona larangan terbang bagi Irak di wilayah utara dan selatan Irak. Semenjak perang teluk usai sampai sekarang, Amerika masih menempatkan  17.000-24.000 tentaranya di teluk persia.
Intervensi Amerika dan negara-negara Eropa, terasa atau tidak, sangatlah merugikan. Amat banyak korban harta dan bahkan nyawa yang harus menjadi konsekuensi dari perang. Banyak alibi Amerika untuk melegalkan intervensinya. Di antaranya Amerika Serikat hendak mendapatkan minyak dan mencegah terjadinya boikot kembali yang pernah dilakukan bangsa Arab terhadap negara-negara Eropa tahun 1973. Akan tetapi sebenarnya itu hanyalah satu dari alasan-alasan lainnya. Bahkan, menurut Francis Boyle, seorang kolumnis Barat dalam makalahnya yang bertema ‘Kejahatan Perang Internasional: Sebuah Usaha mencari Keadilan’ (27 Februari 2002) di Sekolah Hukum Albania, ia berpendapat bahwa gerakan intervensi Amerika dalam peperangan di Timur Tengah tidak lain hanyalah salah satu gerakan divide-and-conquer (farriq tasud) yang dilancarkan untuk memecah belah kekuatan. Gerakan ini pada akhirnya ditujukan untuk menguasai dan memonopoli minyak Timur Tengah, serta menyatakan hegemoninya terhadap kawasan tersebut.

Hubungan Amerika Serikat dan negara-negara Timur tengah lain

            Upaya amerika dalam mempertahankan hegemoni atas kawwasan timur tengah terus dipertahankan meskipun dalam prakteknya acap kali terlihat politik muka dua Amerika Serikat. Untuk menjaga hegemoninya Amerika Serikat tidak segan-segan memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, teknologi, dan persenjataan secara besar-besaran. Bahkan kebijakan Amerika Serikat yang berkaitan dengan Timur Tengah banyak di nilai sebagai arah provokasi.
Lewat doktrinnya Eisenhower (5 Januari 1957), amerika mencoba masuk dan mulai mencampuri urusan-urusan negara Timur Tengah. Doktrin yang diterapkan untuk membendung masuknya komunis ini di anggap oleh sebagian negara teluk sebagai campur tangan Amerika Serikat dalam kebijakan dalam negeri negara teluk. Memang benar, Amerika Serikat pada masa itu lahir sebagai penjual senjata terbesar di tengah-tengah konflik Timur Tengah. Tidak mengherankan jika Amerika Serikat justru kembali menyerang siapa saja yang di anggap musuh meskipun hubungn bik sebelumnya telah terjalin.
Dalam memandang masalah-massalah di kawasan Timur Tengah Amerika Serikat mencoba menempatkan diri sebagai pahlawan, dalam kasus pertikaian antara mesir dan dunia arab, kedekatan Amerika Serikat dan Saudi Arabia turut berperan dalam kebijakan-kebijakan yang di ambil negara Saudi Arabia.  Bahkan Amerika Serikat di nilai bertindak berlebihan dalam memandang masalah iran dan irak dimana Amerika Serikat mendiskreditkan bahwa ia yang berhak menentukan kemana arah kedua negara tersebut berkembang.
Kaitannya dengan revolusi islam di iran, Prinsip politik luar negeri Iran pada era awal revolusi adalah La Syarqiyyah, La Gharbiyyah (tidak timur, tidak barat). Akibat penerapan prinsip tersebut, Iran diisolasi oleh ”dunia internasional” atas propaganda Amerika Serikat. Hanya Suriah dan Libya yang sejalan dengan Iran dalam perjuangan menentang Amerika Serikat. Pada massa konflik timur tengah yang membagi Timur Tengah ke dalam dua poros ini amerika bertindak sebagai teman dari irak dan negara-negara islam Timur Tengah lain yang anti radikalisme. Tercatat Iran telah mempermalukan Amerika Serikat dengan aksi penyanderaan 52 staf kedutaan besar Amerika Serikat di Teheran oleh sejumlah mahasiswa revolusioner pada November 1979.
Revolusi islam ini bermaksud ingin menghapuskan intervensi-intervensi barat di timur tengah. Namun hingga dewasa ini peran Amerika Serikat yang dominan dalam PBB baik langsung maupun tidak tetap berpengaruh dalam politik-politik luar negeri timur tengah.
            Usainya perang dingin, merubah pola percaturan politik dunia, hegemoni atas kawasan tertentu menjadi prestise mahal bagi negara-negara barat, oleh karenanya intervensi-intervensi barat sebagai negara-negara besar paska perang dingin mulai dilancarkan baik tersirat maupun tersurat. Amerika serikat sebagai negara besar yang menjadi poros teknologi militer dunia mulai masuk dan mengikutsertakan dirinya dalam masalah-masalah di timur tengah.
Kepentingan amerika serikat tersebut paling utama dilandaskan pada faktor ekonomi, di mana kawasan timur tengah merupakan kawasan dengan 70% cadangan minyak dunia. Melalui politik dominonya amerika mulai memecah belah negara-negara timur tengah, lebih-lebih kuasanya atas PBB semakin memperlancar persebaran hegemoni Amerika Serikat di kawasan ini.
Sampai saat ini kebijakan-kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah sangat Dominan, dengan mengatas-namakan Polisi Dunia Amerika Serikat terus menganggap bahwa radikalisme kecil di timur Tengah adalah ancaman besar dunia.
Kiranya kita bisa mengambil refleksi dari bahasan di atas bahwa berakhirnya perang dingin bukan berarti mengakhiri kekejaman Perang di dunia, karena sepertinya perang adalah sarapan pagi dunia dalam mencari siapa yang kuat, dia yang berkuasa.




 Referensi

Syambodo, Rifan. 2010.  perang teluk. Tersedia dalam http://warofweekly.blogspot.com/2010/09/perang-teluk.html  [20 April 2011]
Harsono, Adi. 2002.perang teluk babak II: untuk siappa?. Tersedia dalam http://www.indosnet.com/files/perangteluk.pdf  [20 April 2011]
Sudibjo, Wisnu. 2008. Pangkalan Militer Amerika di Timur Tengah Bukti Nyata Pengkhianatan Para Penguasa Arab. Tersedia dalam http://wisnusudibjo.wordpress.com/2008/06/21/pangkalan-militer-amerika-di-timur-tengah-bukti-nyata-pengkhianatan-para-penguasa-arab/  [20 April 2011]
Ja’far, Marwan. 2011.  Diplomasi Minyak Timur Tengah. Tersedia dalam http://economy.okezone.com/read/2011/04/28/ [20 April 2011]
http://zakariaelbilad.multiply.com/journal/item/26/IRAK_vs_AS_DALAM_KRISIS_TELUK_II Cecep Zakarias El Bilad[20 April 2011]
Kalsum, Umi. 2010. Wikileaks Bocorkan 400.000 Data Perang Irak http://www.vivanews.com/streaming/tvone  [20 April 2011]
Anonim. 2010. Keterlibatan AS di Timur Tengah Semata-mata Untuk Minyak. diakses dalam  http://tempatbagibagi.blogspot.com/  [20 April 2011]

Seblang dan Tari Gandrung

            “Gandrung” apa yang terlintas dibenak anda saat mendengar kata itu? Cinta, tergila-gila, atau apalah namanya…. Yang jelas di kota tempat saya dibesarkan kata tersebut sangat familiar, terutama dikalangan etnis osing. Secara administratif orang Osing bertempat  tinggal di Kabupaten Banyuwangi, sebuah kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Beberapa abad yang lalu, wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Banyuwangi ini merupakan wilayah utama Kerajaan Blambangan. Wilayah pemukiman orang Osing makin lama makin mengecil, dan jumlah desa yang bersikukuh mempertahankan adat-istiadat Osing juga  makin berkurang. Dari 21  kecamatan di Kabupaten Banyuwangi, tercatat tinggal 9  kecamatan saja yang diduga masih menjadi kantong kebudayaan Osing. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Banyuwangi, Giri, Glagah, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Cluring, dan Genteng (Sari, 1994:23).
Identitas budaya suatu masyarakat tertentu selalu menghadirkan pandangan stereotipe. Begitu pula halnya dengan identitas budaya Osing. Orang Osing diprasangkai sebagai sosok yang kasar (tidak punya tata krama), longgar dalam nilai, terutama yang terkait dengan hubungan antarlawan jenis, dan memiliki ilmu gaib destruktif yang disebut santet, pelet, sihir, dan sebangsanya (Subaharianto, 1996:3).
Di samping citra negatif tersebut, orang Osing juga dikenal memiliki citra positif yang membuatnya dikenal luas dan dianggap sebagai aset budaya yang produktif yaitu 1) ahli dalam bercocok tanam; 2) memiliki tradisi kesenian yang handal; 3) sangat egaliter, dan 4) terbuka terhadap perubahan (Sutarto, 2003).
Tidak berbeda dengan daerah lain di Jawa, Banyuwangi juga kaya dengan warisan budaya leluhur yang masih tetap terpelihara dengan baik. Bersih desa yang selalu diadakan setiap tahun sekali pada seluruh pedesaaan dan kelurahan di Banyuwangi cukup kuat disebut sebagai contoh untuk hal ini. Pada tradisi selamatan desa itu, masing-masing wilayah memiliki cara yang khas dalam tata cara pelaksanaannya. Desa Grogol Kecamatan Giri misalnya, menyelenggarakan selametan desa dengan tontonan tradisional yang didahului dengan do'a bersama di atas makam leluhur yang dilanjutkan dengan ider bumi (keliling kampung) di malam harinya. Desa Boyolangu di Kecamatan  ang sama melakukan do'a dan makan bersama di dekat jalan menuju makam umum. Demikian juga malamnya, setelah maghrib warga berkeliling kampung dengan mengumandangkan adzan di setiap persimpangan jalan. Tata cara yang serupa juga terjadi di wilayah kecamatan Giri yang lain seperti Penataban, Jambesari dan Kelurahan Giri.
Sedikit berbeda dalam menghormati leluhur yang telah berjasa membuka lahan untuk pertanian dan permukiman adalah Desa Alasmalang, Bakungan, Kemiren dan Olehsari. Di Alasmalang, selamatan desa dilakukan dengan mengadakan atraksi Kebo-keboan. Yaitu beberapa orang dirias seperti kerbau untuk kemudian diarak mengellilingi desa dengan membawa uba rampe dari hasil pertanian. Arak-arakan juga dilakukan warga masyarakat Kemiren dalam tradisi selamatan desa, hanya saja di sini mereka berjalan mengelilingi desa mengiringi Barong. Adapun di Bakungan dan Olehsari, selamatan itu dilakukan dengan menggelar atraksi Seblang. Seluruh ritual budaya ini selain sebagai wujud ekpresi keberagamaan juga menandakan dekatnya masyarakat dengan alam kehidupannya.

Ritual  Seblang


            Masyarakat Osing sebagai pewaris dari kebudayaan bumi Blambangan pada dasarnya memiliki banyak hasil kebudayaan yang menarik untuk dikaji, salah satunya ritual tari Seblang dan tari Gandrung yang merupakan ikon kota paling ujung pulau jawa ini. Ritual tari Seblang sendiri sampai sekarang masih dilestarikan oleh etnis pemiliknya, sebelumnya tradisi ini dilaksanakan oleh hampir seluruh warga etnis Osing di tanah Blambangan namun seiring berkembangnya tradisi-tradisi modern tradisi ini hingga saat ini hanya dua desa saja yang masih melaksanakan upacara ini.
Konsep Ritual Seblang
            Ritual tari Seblang adalah upacara ritual bersih desa atau selamatan desa yang diselenggarakan setahun sekali dan kemungkinan dianggap sebagai pertunjukan yang paling tua di Banyuwangi (Scholte, J., 1927: 149-50; Wol- bers, P.A. 1992:89; 1993:36).
Ritual Seblang sebagai ekspresi simbolik masyarakat petani pedesaan, khususnya masyarakat Olehsari dan Bakungan. Ritual ini berkaitan dengan kepercayaan terhadap roh leluhur yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat setempat maupun para dhanyang, yaitu sejenis roh yang menguasai dan menjaga desa yang diyakini hidup berdampingan.
Upacara Seblang diselenggarakan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas panen yang berhasil, kesuburan tanah, keselamatan warga desa, penyembuhan penyakit, penghormatan leluhur, dan mengusir roh-roh jahat yang mengganggu ketentraman desa. Ritual Seblang tersebut dianggap sebagai salah satu bentuk praktek sosial, semacam wadah untuk mempertemukan berbagai aspek kehidupan sosial dan pengalaman perseorangan untuk memperkecil ketidakpastian, ketegangan, dan konflik  (Geertz, 1989:13).).
Pertunjukan tari Seblang merupakan acara inti selama upacara berlangsung. Tari Seblang yang berasal dari ritual pra-Hindu adalah tarian kejiman atau tarian trance yang ditarikan oleh seorang gadis atau seorang wanita dewasa dalam keadaan tidak sadarkan diri karena kemasukan roh leluhur. Pertunjukan tari dengan penari yang tidak sadarkan diri ini mirip dengan tari Sanghyang di Bali, Sintren di Jawa Barat, tari Bissu di Sulawesi Selatan, maupun pertunjukan Nini Thowog. Gerakan tari Seblang merupakan pantulan kekuatan bawah sadar yang lahir dari rasa ketakutan dan hormat yang tinggi terhadap kekuatan dan kekuasaan di luar diri manusia, di samping sugesti yang magis, pantulan asap dupa, mantra, dan nyanyian mistis berbaur menjadi dasar ungkapan ritme yang merupakan unsur utama tari (Murgiyanto dan Munardi, 1990:17).
Pelaksanaan ritual
 Ritual tari Seblang masih dilaksanakan di dua desa dikecamatan Glagah yaitu di desa Bakungan dan Olehsari. tari Seblang di dua desa tersebut berbeda waktu pelaksanaannya, di desa Olehsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha. Dalam makalah ini yang menjadi sasaran adalah ritual Seblang didesa Olehsari.
Proses upacara Seblang di Olehsari mempunyai ciri khas dan ketentuan tersendiri. Ciri khas pertama yaitu waktu pelaksanaan ada ketentuannya dan terpilih. Hari pelaksanaan upacara selalu ditentukan pada hari Senin atau Jum’at di awal bulan Syawal. Pelaksanaannya antara jam 14.00 sampai kira-kira jam 16.30. Menurut informasi, dulu acara ini dilaksanakan pada awal tahun Hijriyah (Suro-Jawa), kemudian atas petunjuk bisikan leluhur dirubah pada bulan Syawal (Sutarto, 2006 ; 3). Upacara ritual ini dilaksanakan sepekan berturut-turut dan setelah upacara selesai dalam satu pekan, tepatnya pada hari kedelapan, para pendukung yang dalam hal ini pesinden, penari dan ibunya harus melakukan siraman dengan maksud mengembalikan para roh yang menempel di jasad ke alam asalnya. Kemudian setelah semuanya usai, baru mereka bersama tetangga sekitar lokasi siraman melakukan selametan dengan do’a bersama dengan cara-cara islami.
Ketentuan yang kedua mengenai lokasi upacara. Lokasi penyelenggaraan upacara Seblang harus diadakan di desa Olehsari, tidak boleh dan tidak bisa dilaksanakan di luar.Dalam hal ini masyarakat setempat selalu teringat peristiwa 80-an yang mementaskan Seblang di kota Banyuwangi. Akibatnya, sang penari tak mau sadarkan diri hingga pagi hari. Berhubungan dengan masalah lokasi, tempat ritual harus menghadap ke timur dan harus ada bangunan kecil yang disebut tarub. Selain itu ada tempat duduk khusus bagi penari dan pesinden yang berada sedikit di belakang payung besar yang disebut payung agung. Pada acara ini, tepatnya di hari terakhir penari bersama seluruh pendukung acara harus berputar mengelilingi desa sambil menari kemudian berhenti di balai desa, berjalan dan berhenti lagi di makam Mbah Bisu, dilanjutkan menari sambil terus berjalan sampai ke lokasi awal pemberangkatan (Misadi, 15 September 2010).
Ketentuan ketiga berkaitan dengan pelaku upacara, lebih khusus penari. Dalam ritual Seblang ini, para pelaku harus dipilih dan ditentukan menurut adat yang berlaku. Pemimpin upacara dipilihkan orang yang dianggap mampu memimpin  jalannya  upacara. Saleh (Mbah Saleh) adalah dukun ”khusus” di desa Olehsari yang dipercaya oleh masyarakat menjadi pimpinan, yaitu untuk ngutugi dan ngundang roh alus. Dalam pertunjukkan tari, Saleh selulu membawa prapen (tempat untuk membakar  kemenyan atau anglo) dan mengunyah kemenyan, kemudian ia mengasapi penari sebagai santapan dan minumannya, caos dhahar katanya.
Selain sebagai pengutug Saleh juga sebagai pengundang. Maksudnya, ia selain bertanggungjawab dalam upacara juga bertanggung jawab pada masalah-masalah yang berkaitan dengan roh halus terutama ketika pertunjukan tari akan dimulai dan diakhiri. Sebelum penari melakukan gerak tari terlebih dahulu dilakukan acara ngundang roh halus supaya merasuk ke sukma penari Seblang. Saat ngutugi untuk mengundang roh ini ada mantra yang dibaca sebagai berikut :
Kang ana ring pecemengan sembulungan
Kang ana ring Bali Anggenan
Kang ana ring Watudodol
Kang ana ring Antogan ring weringin
Mbah Jalil, Buyut Ketut, para Alus
Kang petang pucuk papat tekoho merene, Mbah Jalil Gandrungan
Aji Anggring, Buyut Saridin, kang ana ring Kawah Ijen sang pengutug
Mereneyo dianteni ring pendopo agung (Saleh, 14 September 2010).
Penari yang dipilih harus mempunyai garis keturunan dari seorang penari Seblang. Garis keturunan itu bisa dari ibu atau bapak yang penting memiliki darah dari para sesepuh ritual ini. Adapun kesucian, yang berarti belum pernah menstruasi, atau belum pernah bersuami, pada masa sekarang ini bukan menjadi masalah. Terbukti beberapa kali penari Seblang justru terpilih dari seorang janda yang masih muda. Para penarinya dipilih secara supranatural oleh dukun setempat, dan biasanya penari harus dipilih dari keturunan penari Seblang sebelumnya. Di desa Olehsari, penarinya haruslah gadis yang belum akil baliq, sedangkan di Bakungan, penarinya haruslah wanita berusia 50 tahun ke atas yang telah mati haid (menopause).
Pelaku yang lain seperti pembuat omprok, perias, penabuh, dan pendamping penari adalah orang-orang khusus yang dipilih dengan dasar adat masyarakat Olehsari. Orang-orang tersebut, selain mempunyai skill di bidangnya masing- masing juga masih ada jalinan keluarga dengan para sesepuh yang merupakan pelaku upacara Seblang terdahulu. Ketentuan lain, mereka harus berdomisili di desa Olehsari.
Tata cara dan ketentuan lain yang juga merupakan ciri khas sebuah upacara ritual adalah sajen (sesaji) yang merupakan syarat pokok yang tidak boleh ditinggalkan. Untuk menyediakan sajen ini, sehari sebelum pelaksanaan upacara sudah harus dipersiapkan lebih dulu mengingat banyaknya sajen dan banyaknya macam uba rampe yang harus disajikan.
Sesaji yang dibuat merupakan memiliki banyak jenis seperti sajen buangan, yang artinya sesaji tersebut dibuang atau dihantarkan ke tempat-tempat keramat seperti di sumber mata air dan pemakaman. Sesaji buangan ini diteliti dan dimantra-mantrai oleh sang dukun sebelum upacara berlangsung. Sajen ini terdiri dari : kembang telon, yang terdiri dari bunga kanthil, kenanga dan mawar. Sajen ini juga berupa kepala ayam, brutu ayam, jeroan, sayap dan kaki ayam. Di samping itu, sajen-sajen tersebut disertai pula ragi kuning dan air dalam cangkir atau gelas kecil. Sajen kedua berupa buah-buahan (rujakan) dan kinangan. Jenisnya berupa jambu, kedondong, nanas, mentimun, belimbing, jeruk, pisang mas, rambutan, manggis, buah sirsat dan air dalam kendi, sedangkan kinangan berupa wadah kinangan dan perabotnya.
Sajen ini ditempatkan pada tempat yang telah ditentukan.yaitu di bawah atap atau di atas tempat duduk pesinden. Sajen ketiga disebut sajen peras yang terdiri dari: satu buah kelapa yang telah dikupas kulitnya, dua tangkep pisang raja, satu tangkep gula jawa, dan ragi kuning. Sajen ini penempatannya di bawah payung agung atau dibawah gong. Sajen peras, sajen rujakan, dan sajen kuningan semuanya disebut sajen cawisan Selain dari sajen-sajen tersebut di atas, masih ada sajen yang harus disajikan di tarub.
Sajen tersebut berupa buah-buahan, biji-bijian, sayur-sayuran, obat-obatan tradisional (empon-empon), dan bunga-bungaan. Semua itu digantung di atas pesinden atau tergantung pada atap tarub. Sesaji ini biasa disebut dengan para bungkil. Sajen-sajen itu semua nantinya diperebutkan oleh penonton maupun para pelaku setelah acara selesai. Hal ini dimaksudkan sebagai ngalap berkah atau ngelorot dari benda-benda yang dipakai dalam upacara.
Musik pengiring Seblang hanya terdiri dari satu buah kendang, satu buah kempul atau gong dan dua buah saron. Sedangkan di Olehsari ditambah dengan biola sebagai penambah efek musikal. Dari segi busana, penari Seblang di Olehsari dan Bakungan mempunyai sedikit perbedaan, khususnya pada bagian omprok atau mahkota.
Tari Seblang ini dimulai dengan upacara yang dibuka oleh sang dukun desa atau pawang. Sang penari ditutup matanya oleh para ibu-ibu yang berada dibelakangnya, sambil memegang tempeh (nampan bambu). Sang dukun mengasapi sang penari dengan asap dupa sambil membaca mantera. Setelah sang penari kesurupan (tak sadarkan diri atau kejiman dalam istilah lokal), dengan tanda jatuhnya tempeh tadi, maka pertunjukan pun dimulai. Si Seblang yang sudah kejiman tadi menari dengan gerakan monoton, mata terpejam dan mengikuti arah sang pawang atau dukun serta irama gendhing yang dimainkan. Kadang juga berkeliling desa sambil menari. Setelah beberapa lama menari, kemudian si Seblang melempar selendang yang digulung ke arah penonton, penonton yang terkena selendang tersebut harus mau menari bersama si Seblang. Jika tidak, maka dia akan dikejar-kejar oleh Seblang sampai mau menari. Dan dipercaya mereka yang menolak akan memperoleh musibah atau kasengsaran.

Fungsi Ritual

Ritual Seblang memiliki banyak fungsi bagi masyarakat penganutnya, yaitu antara lain:
Sebagai sarana bersih desa
            Upacara Seblang memiliki fungsi sebagai sarana bersih desa atau slametan dalam istilah jawa. Seperti halnya bersih desa di tempat lain di jawa bersih desa melalu ritual Seblang ini ditujukan agar kehidupan satu tahun kedepan desa Olehsari selalu dilimpahkan kebahagiaan, dan ketentraman serta keamanan desa. Selain itu dipercaya ritual ini sebagai sarana tolak balak.
Sebagai pengundang kesuburan
            Ritual Seblang juga difungsikan sebagai sarana untuk mengundang kesuburan, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk desa adalah masyarakat agraris dan dalam kosmologi jawa dipercaya adanya dewi kessuburan (Dewi Sri di Jawa Timur dan Jawa Tengah, dan Nini Towog di Jawa Barat) melalui ritual Seblang ini diharapkan pada masa panen akan mendapatkan hasil yang melimpah
Sarana Pengobatan Penyakit
            Bukan rahasia umum bahwa ritual-ritual di daerah jawa yang segender dengan ritual Seblang, sesajian yang diperebutkan dipercaya dapat memberikan kebahagian, dan kesehatan dan bahkan lebih dari itu ada keyakinan dapat digunakan untuk mempermudah jodoh. Sehingga Seblang juga difungsikan sebagao sarana pengobatan masyarakat pendukungnya
Penghormatan Leluhur
            Alasan utama Seblang masih dapat menjaga eksistensinya adalah rasa hormat penduduk akan leluhur mereka, mereka percaya dengan memanjatkan do’a-do’a bagi leluhur akan mempermudah mewujudkan cita-cita desa atas kehendak Tuhan YME.
Hiburan Roh Halus
Fungsi yang terakhir adalah sebagai hiburan, karena eksotisme ritual Seblang baik secara langsung atau tidak telah menarik wisatawan domestic dan bahkan asing untuk turut menyaksikannya. Hal ini dikarenakan meskipun penuh dengan aroma mistis, dan sendu (lewat tembang yang dilantunkan) ritual Seblang dapat menghibur dengan tingkah polah penari yang sedang kesurupan.

Makna Social Kultural Ritual Seblang

Tari Seblang masih dilestarikan hingga saat ini berkaitan dengan makna social-cultural yang terssimpan dibalik pelaksanaan ritual ini. Meskipun sebagian besar masyarakat penganutnya telah beragama islam namun mereka beranggapan bahwa mereka harus melestarikannya sebagai warisan budaya. Toh, dunia ini berisi mahluk yang Nampak dan tak Nampak. Mereka beranggapan agar kehidupan ini selaras mereka harus dapat berdampingan antara yang Nampak dan tak Nampak. Secara filosofis ritual Seblang dipercaya dapat menyelaraskan kehidupan antar sesame manusia, alam, mahluk ghoib yang mendiami desanya.
Sebagai siklus yang dianggap sakral, upacara Seblang sarat dengan simbol-simbol yan\g mengelilinginya. Hal ini terlihat dari ciri-ciri khas dalam pelaksanaannya, seperti: (1) waktu upacara harus merupakan waktu terpilih; (2) tempat penyelenggaraan upacara harus tempat terpilh; (3) orang yang diupacarakan harus dalam keadaan bersih secara spiritual; (4) upacara harus dipimpin oleh orang terpilih; dan (5) sesaji merupakan pe- lengkap upacara yang tidak boleh ditinggalkan (Soedarsono, 1990:4). Se- lain itu, simbol-simbol dapat terlihat dari setiap tahapan yang harus dilalui pelaku Seblang selama upacara berlangsung. Simbol bagi Ricoeur diru- muskan sebagai sejenis struktur yang signifikan yang mengacu pada se- suatu secara langsung dan mendasar dengan makna literal dan ditam- bahkan lagi dengan makna yang lain, yakni makna yang mendalam (secondary meaning) dan figuratif. Hal ini dapat terjadi apabila menembus makna yang yang pertama (1988:12).

Tari Gandrung

Sejarah Tari Gandrung
Menurut catatan sejarah, Gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian Gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, Gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari Gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
            Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah Gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya Gandrung oleh wanita.
Tradisi Gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari Gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan Gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
Sebenarnya kesenian Gandrung merupakan suatu wujud tarian terima kasih para masyarakat desa kepada dewi padi atau dewi Sri karena telah melimpahkan hasil panen yang melimpah.
Seorang penari Gandrung yang tergabung dalam kelompok kesenian Gandrung banyak hidup sendiri dan kurang disukai oleh masyarakat. Citra buruk Gandrung di era 70 – 90an masih sangat erat melekat dalam diri Gandrung. Dijadikannya Gandrung sebagai prostisusi terselubung oleh sekelompok orang semakin menyudutkan posisi Gandrung. Selain itu juga banyak penari Gandrung yang menjadi simpanan pejabat dari pejabat tingkat desa sampai kabupaten.. Noda itulah yang mencemari citra Gandrung, padahal tidak semua penari Gandrung berbuat buruk (Dedy Luthan, 1990 : 19)
Menurut Wiwik Sumartin dan Sudarti yang merupakan Gandrung senior di Banyuwangi, kesakralan kesenian Gandrung dari tahun ketahun semakin memudar. Tari Gandrung yang diyakini mempunyai pertalian erat dengan tari Seblang Bakungan  menjadi tarian biasa yang tidak memerlukan ritual tertentu. Padahal pada jaman dahulu sampai tahun 2000-an seorang penari Gandrung apabila mau melakukan suatu pertunjukan maka terlebih dahulu melakukan ritual-ritual khusus seperti, Puasa putih 1 – 3 hari. Nyekar di makam almarhum Semi sebagai pemrakarsa Gandrung perempuan pertama. Melakukan ritual ringan yang lain seperti berdoa bersama dan luluran menggunakan syarat-syarat tertentu.
Proses pertentangan budaya Gandrung dengan budaya islam terjadi dalam berbagai kesempatan. Dalam tahun 1996 sempat terjadi kontak sosial masyarakat yang menolak pembangunan patung Gandrung di depan pelabuhan ketapang Banyuwangi tepatnya di sebrang jalan masjid ketapang (Novi Anoegrajekti, 2007 :72). Hal ini membuktikan bahwa agama dan budaya islam sangat bertentangan dengan budaya dan kesenian Gandrung. Namun perbedaan pandangan tersebut dapat terselesaikan dengan proses penyelarasan pendapat tentang kesenian Gandrung. Hal ini demi kemajuan kesenian daerah yang berdampak juga bagi kemajuan suatu daerah.
Tahun 1997-2002 merupakan masa transisi kesenian Gandrung, dimana kesenian Gandrung mencoba mengubah image masyarakat tentang cerita buruk kesenian Gandrung tempo dulu. Di masa ini kesenian Gandrung Banyuwangi sangat jarang muncul dipublik. Kalaupun ada itupun berada diluar wilayah Banyuwangi. Namun segi budaya, Gandrung memberikan banyak masukan bagi kabupaten Banyuwangi. Sebagai kesenian daerah Banyuwangi, Gandrung banyak memperkenalkan budaya Banyuwangi lewat berbagai penampilannya di berbagai daerah.
Pada periode 2002 – 2006, diskriminasi yang dilakukan masyarakat terhadap penari Gandrung menjadi terkikis dan menghilang. Hal ini disebabkan selain adanya pengakuan terhadap kesenian Gandrung, juga merupakan dampak dari pergeseran Gandrung dari kesenian rakyat menjadi kesenian elit daerah Banyuwangi. Penari Gandrung sendiri mengalami perkembangan dimana sebelum tahun 1996 penari Gandrung adalah seniman Gandrung yang benar-benar penari Gandrung sejak kecil, pada periode 1997 – 2002 penari Gandrung banyak didominasi pelajar sekolah menengah atas atau kelompok remaja putri, sedangkan pada periode tahun 2002 – 2006 penari Gandrung adalah remaja putri yang banyak yang berpendidikan tinggi seperti dari perguruan tinggi dan anak-anak kecil dari sekolah dasar. Kalaupun ada penari Gandrung lainnya adalah penari Gandrung hasil dari pendidikan Gandrung dalam acara meras Gandrung yang diadakan tiap tahun.
Pada pemerintahan Ratna Ani Lestari berlangsung proses multikultural yang menekankan pada identitas lokal Osing yang berdampingan dengan budaya local daerah lain. Hal tersebut tampak dalam parade kesenian dalam peringatan ulang tahun Banyuwangi, dimana Gandrung tampil bersama dengan berbagai macam adat dan budaya daerah lain seperti Bali, Madura dan Surabaya serta Ponorogo.  Multikultural mempunyai dampak positif bagi perkembangan Gandrung karena Gandrung dapat belajar dari kesenian daerah lain dalam hal proses pengembangan dan pemasyarakatan Gandrung ( Novi Anoegrajekti, 2007 : 38)

Makna Filosofis Tari Gadrung

            Secara filosofis tari Gandrung memiliki arti yang semi-sakral karena pada awal kemunculannya seorang penari Gandrung harus melakukan ritual-ritual khusus yang harus dilaksanakan seperti puasa mtih 3 hari, berziarah ke makam Mbah semi dan ritual lain. Pada dasarnya tari Gandrung merupakan perwujudan kecintaan masyarakat Blambangan pada dewi padi atau dewi Sri. Berbeda dengan tari Seblang yang dibawakan oleh gadis dibawah umur atau perempuan yang telah menopause, sebagai tari pergaulan tari Gandrung dibawakan oleh gadis belia atau janda. Ada aspek penting dalam tradisi Gandrung, gadis ataupun janda yang menjadi penari Gandrung harus meninggalkan profesinya jika telah menikah. Hal ini dikarenakan makna filosofis kata Gandrung harus benar-benar terwujud sehingga penari tersebut benar-benar menemukan cintanya dan dapat terwujud perkawinan yang harmonis, namun tidak sedikit juga penari Gandrung yang memilih menjadi perawan tua untuk menjaga eksistensinya sebagai penari Gandrung.
            Terdapat sumber lain pula yang mengisahkan bahwa tari Gandrung yang berdasarkan kata Gandrung merupakan perwujudan kekecewaan rakyat Blambangan atas keserakahan kerajaan-kerajaan  di nusantara. Bumi Blambangan (mencakup Lumajang, Jember, Bondowoso, situbondo dan pusatnya di Banyuwangi) yang digambarkan sebagai sosok wanita cantik yang selalu diperebutkan oleh kerajaan-kerajaan di nusantara. Hal ini dapat dilihat dari sejarah negari Blambangan dimana setelah lepas dari majapahit, tidak serta merta merdeka karena ancaman-demi ancaman manghantui negari blambagan. Tercatat kerajaan Demak, Mataram, dan kerajaan-kerajaan di Bali berusaha menaklukan bumi Blambangan.
Dalam sebuah buku yang diterbitkan DKB 2003 disebut bahwa: “Kesenian Gandrung tidak lain adalah gambaran perlawanan kebudayaan sebuah masyarakat (Osing). Perlawanan terhadap berbagai ancaman, baik yang bersifat fisik maupun pencitraan negatif yang berulang kali terjadi dalam kesejarahan masyarakat Osing.” (hal. 62). Dan gambar perlawanan itu hanya tampak dalam sebuah pertunjukan yang menyajikan babak-babak secara sempurna (jejer, paju, dan Seblang-Seblang), lagu-lagu “asli” Gandrung atau lagu-lagu Osing, tari ukir-kawin atau prapatan, musik bukan Jawa dan bukan pula Bali, dan bersih dari minuman keras.
Komunitas Osing, begitu hasil-hasil penelitian menyebutkan, mempunyai sejarah panjang di mana mereka berada dalam tekanan struktural politik dan kultural yang menyudutkan. Majapahit, Demak, Mataram, Buleleng, dan VOC adalah pusat-pusat kekuasaan politik yang menginvasi dan memperebutkan Banyuwangi dengan implikasi serius bagi penduduknya. Perlawanan keras Menakjinggo terhadap Majapahit bukan saja dianggap bukti pembangkangan politik tetapi juga sekaligus mewariskan tafsir, konstruksi, stereotipe, bahkan stigma terhadap komunitas Osing. Prototipe Menakjinggo dalam ketoprak Mataram yang buruk rupa merupakan pencitraan negatif terhadap Osing yang menganggapnya sebagai tokoh legendaris yang selalu membela rakyat. Begitu pula ungkapan-ungkapan “tukang santet”, “pemalas”, “ekslusif”, dan seterusnya yang berkembang luas di kalangan masyarakat Jawa.

Erotisme Tari Gandrung

            Tari Gandrung memang dipandang sebagai tari yag erotis, meskipun pada dasarnya unsur-unsur erotis tersebut kurang dapat ditemukan dalam tarian Gandrung. Kesan erotis ini muncul seirng pergeseran  tari Gandrung dari sacral lebih kearah tari pergaulan di tahun 1960an. Acap kali tari Gandrung dimanfaatkan sebagai ajang mengumbar nafsu dan praktek prostitusi terselubung. Setidaknya sampai tahun 1990an banyak kelompok-kelompok masyarakat yang memojokkan penari Gandrung lebih-lebih banyak penari yang menjadi simpanan pejabat pemerintah. Keadaan ini menyebabkan penari lain yang turut dikucilkan mulai melakukan pertunjukan diluar Banyuwangi dan Gandrung semakin berkibar trutama di daerah ibukota. Selain itu pertentangan juga sering terjadi antara golongan islam dan para budayawan namun setelah diadakan penyelarasan pendapat mengenai Gandrung pertentangan tersebut dapat direda.
            Tari Gandrung berkembang pesat semenjak taun 2000 dimana terjadi perubahan besar dengan dijadikannya Gandrung sebagai ikon kota Banyuwangi. Menyikapi perkembangan gadrung saat ini tari Gandrung sendiri menurut penyusun terpecah menjadi dua sebut saja Gandrung putih dan merah. Saat ikon kota Banyuwangi ini digencarkan ada beberapa kelompok penari Gandrung yang memanfaatkan sebagai ajang prostitusi, biasanya dalam acara tersebut berjajar ratusan botol miras dan beberapa pramuria yang bukan penari Gandrung. meskipun belum ada perhatian dari pemerintah namun yang kata wong Banyuwangi/kulonan (orang Banyuwangi non-Osing) disebut tayube wong Osing kini mulai merubah citra baik penari Gandrung yang mulai dibangun.  Sedikit banyak fenomena ini mulai menghawatirkan budayawan Banyuwangi yang berusaha mempertahankan eksistensi Tari Gandrung.

Simpulan

Ritual tari Seblang adalah upacara ritual bersih desa atau selamatan desa yang diselenggarakan setahun sekali dan kemungkinan dianggap sebagai pertunjukan yang paling tua di Banyuwangi (Scholte, J., 1927: 149-50; Wol- bers, P.A. 1992:89; 1993:36). Ritual Seblang sebagai ekspresi simbolik masyarakat petani pedesaan, khususnya masyarakat Olehsari dan Bakungan. Upacara Seblang diselenggarakan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas panen yang berhasil, kesuburan tanah, keselamatan warga desa, penyembuhan penyakit, penghormatan cikal-bakal, dan mengusir roh-roh jahat yang mengganggu ketentraman desa. Ritual Seblang tersebut diang- gap sebagai salah satu bentuk praktek sosial, semacam wadah untuk mempertemukan berbagai aspek kehidupan sosial dan pengalaman perse- orangan untuk memperkecil ketidakpastian, ketegangan, dan konflik  (Geertz, 1989:13).).
Pelaksanaan ritual tari Seblang masih dilaksanakan di dua desa dikecamatan Glagah yaitu di desa Bakungan dan Olehsari. Tari Seblang di dua desa tersebut berbeda waktu pelaksanaannya, di desa Olehsari diselenggarakan satu minggu setelah Idul Fitri, sedangkan di desa Bakungan yang bersebelahan, diselenggarakan seminggu setelah Idul Adha. Proses upacara Seblang di desa Bakungan Olehsari mempunyai ciri khas dan ketentuan tersendiri. Pemimpin upacara dipilihkan orang yang dianggap mampu memimpin jalannya  upacara.Saleh (Mbah Saleh) adalah dukun ”khusus” di desa Olehsari yang dipercaya oleh masyarakat menjadi pimpinan, yaitu untuk ngutugi dan ngundang roh alus. Ritual Seblang memiliki banyak fungsi bagi masyarakat penganutnya, yaitu antara lain: Sebagai sarana bersih desa, Sebagai pengundang kesuburan, Sarana Pengobatan Penyakit, Penghormatan Leluhur, Hiburan Roh Halusl.
Menurut catatan sejarah, Gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian Gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, Gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari Gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah Gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya Gandrung oleh wanita. Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrung ditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
 Secara filosofis tari Gandrung memiliki arti yang semi-sakral karena pada awal kemunculannya seorang penari Gandrung harus melakukan ritual-ritual khusus yang harus dilaksanakan seperti puasa mtih 3 hari, berziarah ke makam Mbah semi dan ritual lain. Pada dasarnya tari Gandrung merupakan perwujudan kecintaan masyarakat Blambangan pada dewi padi atau dewi sri.

Referensi

Ali, Hasan. 2005. Dari Sawah Turun ke Gandrung dan Kuntulan. Banyuwangi : Jejak edisi ke-empat tahun 2005
Anoegrajekti, Novi. 2003. Gandrung Demi Hidup Menyisir Malam. Depok : Majalah Srintil edisi 3 tahun 2003. Desantara
Anoegrajekti, Novi. 2007. Penari Gandrung dan Gerak Sosial Banyuwangi. Depok : Majalah Srintil edisi 12 2007. Desantara
Anoegrajekti, Novi. Seblang Using: Studi Tentang Ritus Dan Identitas Komunitas Using. 2003. Jurnal Bahasa dan Seni Agustus 2003 Fakultas Sastra Universitas Jember:Jember
Anonym. 2001. Tari Gandrung dan Upacara Seblang. Tersedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/. diakses pada 8 Maret 2011
BS, Hayadi. 1985. Gandrung dan Sejarahnya Asal muasalnya yang Membingungkan. Surabaya : Jawa Pos Edisi Saptu paing 25 Mei 1985
Effendy, Bisri. 2008. Membaca Pariwisata Seni-Budaya: Tari Gandrung Banyuwangi. dalam http://www.puspek.averroes.or.id/2008/05/09/ membaca-pariwisata-seni-budaya-tari-Gandrung-Banyuwangi/  diakses pada 8 Maret 2011
Kholil, Ahmad . Seblang dan Kenduri Masyarakat Olehsari. 2010. Jurnal ACIS Ke-10, November 2010:Banjarmasin.
Kusnadi. 1993. Simbolisme Tari Seblang. Jember: Laporan Penelitian UNEJ.
Mahfud. Tari Gandrung. Tersedia dalam http://www.sejarahbanyuwangi.com/. Diakses pada 8 Maret 2011
Suartaya, Kadek. Banyuwangi Hormati Erotisme Gandrung. 2011. Kiriman Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar via e-mail tidak diterbitkan.
Subagyo, Hadi. 1998.   Fungsi Ritual Seblang pada masyarakat Olehsari Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM.
Sutarto, Ayu. Sekilas Tentang Masyarakat Using. 2006.  Makalah dalam acara pembekalan Jelajah Budaya 2006 : Jember
Suyono Joko dan Suwarno. Tari Gandrung Banyuwangi:Sebuah Potret Sejarah seni Pertunjukan. Universitas Negeri Malang : Malang

“Jika tulisan ini kurang lengkap, lengkapilah. Jika salah, benarkanlah. Setitik komentar pembaca, adalah cermin bagi penulis untuk berusaha lebih baik”